https://www.husnaroina.my.id/

Review Novel Gadis Kretek Napak Tilas Perjalanan Industri Kretek

Posting Komentar
Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala
Beberapa minggu lalu saya sudah menyelesaikan novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Novel ini saya baca dalam rangka agenda special Kelana Bookclub Palembang dalam sesi Giat Baca Novel Gadis Kretek. Novel ini termasuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012. Novel Gadis Kretek juga diterjemahkan dalam 3 bahasa yaitu Inggris, Mesir dan Jerman. 

Sudah lama saya ingin membaca buku ini dan selalu masuk dalam jajaran rekomendasi baik diantara bookstagram maupun akun Litbase di twitter. Eh sekarang udah ganti jadi X, yah. Hehe. Udah kebiaan nyebutnya twitter sih. Om Melon ada-ada aja ulahnya. Huh.

Saya kira novel ini akan berat ternyata gak berat malah asyik banget. Sebelum saya mengulas novel ini lebih jauh. Yuk, simak dulu identitas bukunya.

Identitas Buku

Judul Buku : Gadis Kretek

Pengarang : Ratih Kumala

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 275 halaman

ISBN : 978-979-22-8141-5re

Rating : 4,7 bintang

Genre : Novel Sastra Indonesia

Sinopsis Novel Gadis Kretek

Novel ini dibuka dari cerita pak Raja salah satu pengusaha rokok terkenal di Jakarta yang sakit dan sudah lama terbaring di Kasur. Dalam sakitnya ia tak sengaja menyebut nama seorang perempuan bernama Jeng Yah. Anaknya Lebas tidak sengaja mendengar ayahnya memanggil nama perempuan lain. Karena penasaran Lebas memberitahukan temuannya kepada kedua kakak kandungnya Tegar dan Karim.

Mereka menjadi penasaran siapa perempuan yang disebut ayahnya dalam tidurnya itu. Lebas mengira bahwa Jeng Yah itu adalah kekasih ayahnya di masa lalu dan masih ada sangkutan sehingga bapaknya belum bisa merelakannya. 

Baca: Review Novel The Star And I

Setelah berdiskusi tiga bersaudara ini akhirnya memutuskan untuk mencari tahu siapa perempuan beranama Jeng Yah itu. Sayangnya, Lebas dan kedua kakaknya (Karim dan Tegar) tidak bisa bertanya pada ibunya karena rasa marah yang dirasakan oleh sang ibu saat mendengar nama Jeng Yah. Mereka pun berasumsi rasa marah dari ibu mereka adalah wujud cemburu pada Jeng Yah yang mungkin adalah mantan pacar ayahnya. Lebas yang merupakan anak bungsu diminta untuk menjaga ayahnya kembali dan berusaha mencari tahu langsung dari ayahnya apa hubungan ayahnya dengan perempuan itu. Misinya berhasil, ayahnya meminta Lebas mencari keberadaan Jeng Yah.

Lebas bersama dengan kedua kakaknya pergi ke kota M yang menjadi kota kelahiran rokok Djagad ini. 

Flashback kemudian di mulai ketika bapak Jeng Yah (Idroes Moeria) mulai membuat rokok kretek dari awal di masa penjajahan Jepang. Pada masa itu juga, Idroes Moeria juga memiliki rival bernama Soejagad. Persaingan mereka tidak hanya tentang usaha pembuatan rokok kretek, tapi juga dalam memperebutkan hati Roemaisa, anak si juru tulis.

Soejagad yang datang ke rumah juru tulis membuat Idoes Moeria kepanasan lantaran Soejagad tengah melamar Roemaisa. Sayangnya, Roemaisa sudah sejak lama menyukai Idroes Moeria. Sehingga lamaran Seojagad ia tolak. Akhirnya dengan memberanikan diri Roemaisa meminta si Idroes untuk belajar baca tulis demi memenangkan hati kedua orang tua Roemaisa. Idroes Moeria kemudian belajar mati-matian sehingga ia berhasil melamar Roemaisa dan menikahinya. Dari pernikahan Roemaisa dan Idroes Moeria ini mereka memiliki dua orang anak bernama Dasiyah dan Rukayah. Lalu bagaimana dengan usaha rokoknya?

Napak Tilas Industri Kretek

Idroes Moeria yang pernah bekerja sebagai pelinting rokok memutuskan untuk membuat rokok sendiri dengan merk dagang sendiri. Tidak hanya ia yang memikirkan ide itu ternyata saingannya juga memikirkan ide yang sama. Idroes Moeria menamainya merk dagangnya dengan Kretek Merdeka sedangkan Soejagad menamai merk dagangnya dengan Kretek Proklamsi. 

Beruntungnya Idroes Moeria, anaknya Dasyiah sedari kecil suka melinting dan bakatnya dalam meramu saos membuat Idroes Moeria meluncurkan merk dagang baru dengan nama Rokok Gadis. Rokok terbaru ini langsung menjadi primadona karena rasa dan juga merk dagangnya yang unik. 

Baca: Review Novel Sunshne Becomes You

Rokok gadis mematahkan stereotif tidak hanya laki-laki boleh merokok tetapi perempuan juga bisa merokok. Dan yang membuat rokok gadis terkenal karena dijalankan oleh anak gadis Idroes Moeria yang sudah terbiasa melinting sejak dia kecil. Ting we buatannya sangat khas karena merekatkannya memakain ludah si Dasiyah yang dipercaya membuat tingwe buatannya terasa manis. 

Usaha ini kemudian menjadi bermasalah, ketika Jeng Yah bertemu dengan Soeraja (seorang pekerja kasar) yang sering membantu di pasar malam. Dasiyah Jatuh hati pada si pemuda dan meminta ayahnya menampung Soeraja dan menjadikannya pekerja mereka. Dari situ mulai kasak-kusuk diantara para pekerja Idroes Moeria tentang status Soeraja hingga akhirnya Soeraja memutuskan pergi dari rumah Idroes untuk membuka usahanya sendiri. Masalah demi masalah terus terjadi, hingga Lebas dan kedua kakaknya menemukan fakta yang membuat mereka bersalah pada Jeng Yah.

Review Novel Gadis Kretek

Novel ini sangat eye catching dengan tampilan bewarna biru dengan cover wanita berkebaya sedang merokok. Membuat orang yang melihat sudah penasaran bagaimana is ceritanya. 

Karena ini masuk dalam genre sastra saya pikir akan berat ternyata novel ini sangat asyik dan ringan. Gaya bahasanya juga sangat enak dibaca. Ketika membaca novel ini membuat saya sulit untuk berhenti. 

Alur ceritanya juga to do point dan tidak bertele-tele. Dari novel ini saya banyak belajar tentang sejarah industri rokok. Sejujurnya saya tidak suka dengan rokok dan mungkin tidak ada keinginan untuk mencari tahu tentang rokok. Tapi lewat novel ini ada hal baru yang saya temui tentang rokok. Seperti rokok yang dulunya dipercaya sebagai obat untuk gangguan pernapasan. 

Tembakau dan cengkeh yang merupakan bahan untuk obat-obatan membuat rokok pada masa itu sungguh laris manis dan diburu untuk kesehatan. Bukannya hanya para lelaki tetapi para perempuan juga banyak yang merokok dan itu suatu hal yang lumrah. 

Walaupun di jaman sekarang masih banyak perempuan yang merekok tapi seiringnya perkembangan zaman. Stereotif mulai bergeser dan banyak orang-orang banyak beranggapan bahwa perempuan merokok adalah perempuan yang tidak baik.

Hal menarik lainnya dalam novel ini adalah copywriting yang ditulis untuk mengiklankan rokok ini. Kayak wow, di zaman dulu copywrting-nya sudah penuh dengan propaganda. Tapi ini menarik sih. 

Permasalahannya pun sangat related dengan kepercayaan masyarakat Indonesia. Tidak hanya belajar sejarah tentang rokok tetapi novel ini menyuguhkan kisah cinta yang tragis. 

Baca: Review Novel Laut Bercerita

Hal yang membuat saya agak sedikit kecewa mungkin di bagian ending-nya terkesan flat dan buru-buru kayak kurang nendang gitu loh. Kayak, hah.. sudah gitu aja akhirnya. Tapi overall novel ini bagus banget.

Untuk kalian yang suka genre histocial fiction dan pengen yang ringan-ringan bisa banget baca novel ini. 

See you next book review😍

Related Posts

Posting Komentar