https://www.husnaroina.my.id/

[Review Buku] Laut Bercerita Karya Leila S. Chudori

Posting Komentar

novel laut bercerita
Instagram @husna_roina

 “Matilah engkau mati, kau akan lahir berkali-kali”

Identitas Buku

Judul Buku: Laut Bercerita

Penulis: Leila S. Chudori

Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Jumlah Halaman: x +379 halaman

Sinopsis 

Laut Bercerita menceritakan kisah perjuangan para aktivis menyuarakan aspirasi dan membantu menegakan hak-hak rakyat kecil yang tertindas dan berusaha menggulingkan rezim masa orde baru. Kisah dalam buku sendiri berdasarkan kisah nyata para aktivis tahun 1998.

Ialah Laut seorang mahasiswa Sastra Inggris yang turut bergabung dengan Winatra, organisasi mahasiswa yang memihak pada kaum kecil seperti buruh dan petani. Dengan segala kegiatannya yang dianggap menentang pemerintahan kala itu, Laut bersama teman-teman Winatra dan Wirasena harus hidup dalam persembunyian. Terlebih setelah Winatra dianggap sering menjadi dalang kerusuhan, salah satunya peristiwa Sabtu Kelabu (kerusuhan di kantor DPP PDI Jalan Diponegoro). Tak hanya itu, pemerintah juga secara terang-terangan memasukkan para aktivis itu sebagai buron.

Buku ini juga bercerita tentang semangat dan ketegangan dibalut kisah tragis, penyiksaan yang kejam dan kehangatan keluarga serta persahabatan yang mengharukan.

Baca Juga: Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan

Review Buku Laut Bercerita

Buku ini sering kali lewat di tl baik di Instagram maupun di Twitter dan selalu masuk dalam jajaran buku yang selalu di rekomendasikan. Banyak yang mengatakan minimal harus baca buku ini satu kali seumur hidup. 

Buku ini sudah jadi top wishlist-ku sedari lama. Akhirnya beberapa hari yang lalu aku bisa menyelesaikan buku ini. Aku termasuk slow reader untuk pembaca buku karena moodku sering up dan down untuk menyelesaikan satu buku. Bagiku sendiri buku ini sangat berbobot sehingga waktu yang diperlukan sangat lama. Hahaha, tapi entahlah mungkin aku saja yang malas malah ngeles bukunya berbobot. Wkwkwk.

Karena aku mager banget buka laptop dan edit foto. Jadi, baru kemarin aku share review buku ini di akun instagramku. Kalau mau baca review singkat bisa mampir aja di Instagramku @husna_roina.

Aku merasa covernya sangat cantik dengan kedalaman laut biru yang dipenuhi ikan-ikan kecil dan terumbu karang. Tapi disisi lain juga menampilkan sisi yang seram dengan gambaran kaki yang dirantai terbenam kedalaman lautan

yang kusuka dari buku ini
Instagram @husna_roina

Alur ceritanya maju mundur. Setting cerita lebih banyak di pulau jawa terutama di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak hanya menceritakan tentang kisah perjuangan tetapi juga lika-liku tentang perasaan cinta yang dirasakan oleh Laut dan Asmara Jati(adik Biru Laut). Juga menceritakan tentang persahabatan dan kehangatan keluarga yang dibalut dengan tradisi-tradisi keluarga.

Karakter tiap tokohnya terasa hidup dengan latar belakang yang mendasarinya dan juga hubungan tiap tokohyah sangat kuat. Penulis juga menggambarkan kebhinekaan lewat identitas para tokohnya. Juga masakan khas Indonesia serta resep-resepnya yang kaya akan bumbu rempah-rempah.

Buku ini terdiri dari dua sudut pandang Laut dan Asmara Jati. Pada sudut pandang Biru Laut banyak menceritakan tentang idealisme dan optimisme pemikiran aktivis. Pembaca juga akan melihat tentang perjuangan dan pengkhianatan, serta bagiamana bertahan hidup saat di buru oleh para ‘antek’ aparat pemerintahan. 

Pembaca juga diajak melihat kekejaman dan penyiksaan yang tidak berprikemanusiaan rezim saat itu. Kisah yang tragis dan kengerian serta usaha bertahan hidup demi bisa bertemu dengan keluarga tercinta. Membaca bagian laut itu nyesek banget rasanya aku seperti ikut menahan napas. Rasanya pengen mengumpat karena sadis banget.

Sedangkan bagian Asmara jati, pembaca akan diajak mengharu biru atas kehilangan orang-orang terkasih, penyangkalan dari orang-orang yang ditinggalkan dan hidup dalam fantasi dan fatamorgana bahwa yang pergi akan kembali dan masih tetap hidup, berada dalam ketidaktahuan dan ketidakpastian yang menyakitkan dan harapan-harapan kecil serta penerimaan yang bakalan banjir air mata.

Sudut pandang Asmara jati pokoknya mengandung bawang pool dan bikin hati jadi nyesek dan terasa disayat-sayat banget oleh kehilangan yang menyakitkan. Menurutku sih, harus banget menyiapkan tisu pas baca buku ini. 

“Yang penting kita ingat.. setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi laut. Mungkin saja kita keluar dari rezim ini 10 tahun lagi atau 20 tahun lagi, tapi apa pun yang kamu alami di Blangguan dan Bungurasih adalah sebuah langkah. Sebuah baris dalam puisimu. Sebuah kalimat pertama dari cerita pendekmu..”-Kinan Kepada Laut (hlm.183)

Banyak momen yang terasa hangat dan kerinduan yang membuat pembaca larut dengan alur cerita. Ada banyak adegan yang berkesan salah satunya adalah pelepasan di pantai oleh keluarga terkasih. Juga surat-surat yang ditulis oleh laut untuk orang-orang yang disayanginya yang semakin bikin banjir air mata. 

Sesudah membaca buku ini perasaanku terasa hampa rasanya masih ada rasa perih yang tertinggal. Dan yang pastinya mewek sampai hidung meler. 

Baca Juga: Insecurity

Kesimpulan

Overall baca buku ini serasa naik rollercoaster. Emosi dan perasaan beneran campur aduk. Setiap kejadian diceritakan dengan detail dan penulis juga melakukan riset langsung dengan narasumber-narasumber yang berkaitan erat dengan kejadian.

Baca buku ini kita jadi belajar sejarah dan menurutku buku ini salah satu buku terbaik yang aku baca. Aku juga rekomendasiin buku ini buat kamu yang suka membaca buku fiksi sejarah. Secara tidak langsung penulis mengenalkan pada kita dengan para aktivis 98 yang menjadi korban ‘penghilangan paksa’ , baik yang kembali maupun yang tidak, dalam sosok masing-masing karakternya. 

Buku ini memang tidak secara langsung menggambarkan sejarah tentang masa orde baru. Namun, penulis berhasil menggambarkan apa yang terjadi, memancing emosi dan penuh haru, terutama dari sisi keluarga yang ditinggalkan, persahabatan, cinta dan juga pengkhianatan. Aku kasih rating bintang 5 untuk buku ini.

Selamat membaca!

“Dan yang paling berat bagi semua orangtua dan keluarga aktivis yang hilang adalah: insomnia dan ketidakpastian. Kedua orangtuaku tak pernah lagi tidur dan sukar makan karena selalu menanti “Mas Laut muncul di depan pintu dan akan lebih enak makan bersama”. – Asmara Jati (hlm.245)

Related Posts

Posting Komentar