https://www.husnaroina.my.id/

Review Novel 1984 Karya George Orwell

Posting Komentar
Review Novel 1984 karya George Orwell
Take photo by Ian Kelana

Review Novel 1984 Karya George Orwell. Pernah gak sih ngebayangin kalau kehidupan kita dipantau setiap hari. Apa yang kita lakukan, gerak-gerik tubuh ucapan kita, mimik wajah, bahkan igauan kita disaat tidur pun tidak luput dari pengawasan. Tidak ada kebebasan. Tidak bisa melakukan apa yang disukai. Hanya boleh melakukan apa yang pemerintah perbolehkan. Layaknya kehidupan kita jadi tontonan orang-orang dan jika kita melakukan kesalahan kita akan dibentak dan ditangkap? 

Huh.. Pastinya hidup seperti itu suram banget dan itu adalah mimpi paling buruk. Kehidupan seperti itu ada dalam novel 1984 karya Goerge Orwell. Novel ini memakai sudut pandang orang ketiga dan berfokus pada Winston Smith.

Saya baca buku ini dalam rangka collab antara Kelana Bookclub Palembang dan Lentera.ofc. Maybe saya belum akan mencoba membaca buku ini kalau bukan karena collab. Pusing bestie… Hahaha.

Tulisan ini mungkin lebih banyak bercerita tentang pengalaman saya membacanya dan tidak akan mengupas tentang politik dan intrik di dilamnya. Check it out!! 

Sebelum lebih jauh mengulas novel ini. Yuk, simak dulu sinopsisnya!

Sinopsis Novel 1984 Karya Goerge Orwell

Novel ini bercerita tentang sebuah negara fiksional bernama Oceania yang berada dibawah rezim otoriter INGSOC (Sosialisme Inggris) dalam Bahasa Newspeak yang dipimpin oleh seorang Bernama Big Brother. Sosok Big Brother sendiri adalah representatif dari pemerintahan. Sosok yang amat sangat berkuasa dan disegani.

Dalam pemerintahan Big Brother ini masyarakatnya dibagi menjadi tiga golongan. Golongan atas disebut partai dalam, golongan tengah partai luar yang biasa dipanggil Kamerad, dan yang ketiga golongan bawah dipanggil kaum Prol. Nah, kaum Prol ini adalah orang-orang miskin dan budak yang tidak begitu dipedulikan oleh partai. Dan dari ketiga golongan diatas kaum Prol adalah yang terbanyak. 

Winston Smith adalah anggota partai luar dan bekerja di Kementerian Kebenaran. Orang-orang yang masuk dalam golongan partai hidupnya selalu dipantau oleh penguasa menggunakan telescreen. Dirumah, tempat kerja, kota, dan di setiap jalanan selalu ada telescreen yang selalu mengawasi gerak-gerik mereka. 

Baca: Review Novel Gadis Kretek

Telescreen sendiri berbentuk seperti tv bercctv. Nah, gimana pula itu bentuknya? Pasti bingung. Jadi telescreen ini berbentuk seperti TV bulat yang terpasang di dinding dan memiliki fungsi untuk menyiarkan doktrin penguasa seperti berita perang, speech kebencian, berita penangkapan jika ada orang memberontak, jadwal dan aturan yang harus dipatuhi dan dijalankan setiap hari. Benda ini mengawasi 24 jam setiap hari dan memeriksa apa saja yang diucapkan dan dilakukan setiap hari. Jika nyeleweng sedikit saja telescreen akan meneriakin dan membentak orang tersebut. Dan yang paling parah akan ditangkap oleh polisi pikiran jika melakukan sebuah tindakan yang akan mengancam Big Brother.

Smith sendiri digambarkan seperti orang yang selalu berusaha mematuhi aturan dan kekuasaan negaranya, meski jauh didalam hatinya terdapat perlawanan yang diwujudkan dengan buku harian yang ia tulis meskipun kepemilikan sebuah buku harian itu sendiri sudah melanggar peraturan negara. 

Karena pekerjaannya di Kementerian Kebenaran adalah untuk mengubah kenyataan dan sejarah, Smith sudah tak asing dengan manipulasi dengan tujuan untuk keberlangsungan kekuasaan partainya. Oceania berpegang pada pengertian bahwa siapa pun yang mengendalikan masa kini dapat mengendalikan masa lalu, dan siapa pun yang dapat mengendalikan masa lalu mengendalikan masa kini.

Dalam kebimbangan hatinya dia dibuntuti oleh seorang wanita yang awalnya ia kira adalah mata-mata dan akan melaporkannya kepada polisi pikiran. Sebuah ketidak sengajaan saat bertabrakan Julia menyelipkan sebuah kertas yang akan mengantarkan mereka kepada hubungan terlarang dan membawa mereka berdua ke dalam jurang Kejahatan Pikiran (Thoughtcrime dalam Newspeak). Dunia Smith berubah setelah Julia hadir dalam kehidupannya yang hampa.

Novel ini cocok banget buat didiskusiin ada banyak hal yang bisa dibahas. 

Review Novel 1984

The first time saya baca novel dengan genre politik seperti ini. Karena saya belum terlalu banyak membaca karya sastra klasik yang terjemahan, menurut saya novel ini masuk dalam literature terbaik. Awal membaca novel ini saya sama sekali tidak mendapatkan gambaran apapun. Universe yang sangat sulit untuk dibayangkan. Dan berakhir saya ketiduran. Hahaha..

Selama dua hari berturut-turut juga saya ketiduran saat membacanya. Karena saya masih hah heh hoh. Akhirnya saya searching dulu mengenai bukunya, baca review dan resensinya lalu mencari tahu gambaran telescreen itu seperti apa, saya juga menonton filmnya di You Tube. Setelah saya mendapatkan gambaran dunianya. Saya melanjutkan kembali membaca bukunya. 

Buku ini tipe yang gak bisa dibaca sedikit-sedikit harus sekali banyak minimal satu bab dalam sekali duduk agar fokus cerita tidak terpecah. Karya Goerge Orwell ini bergenre distopia memuat 3 bab utama. Bab pertama menjelaskan Oceania dan segala aturannya. Bab Kedua menjelaskan tentang hubungan terlarangnya dengan Julia dan bab ketiga bagaimana penguasa mencengkram dan menghukum orang-orang yang tidak mematuhi aturan dan berusaha melawan. 

Dalam setiap bab ada subbab lagi. Ada yang panjang ada yang singkat tergantung fokus ceritanya. Sejujurnya saya baru menikmati buku ini ketika sudah memasuki bab kedua.

Dalam novel ini, dunia pecah terbagi menjadi tiga negara besar yakni Oceania, Eastasia, Eurasia yang berada dalam peperangan tanpa henti demi menguasai satu sama lain. Selama membaca buku ini saya menebak-nebak negara apa yang dimaksud dalam cerita ini. Saya beranggapan bahwa Ocenia adalah Inggris, Eastasia adalah Amerika, dan Eurasia adalah Eropa. Tebakan saya sedikit melesat ternyata negara-negara yang dimaksud adalah negara-negara yang tergabung dengan menganut sistem yang sama. 

Pertanyaan saya terjawab karena di dalam novel ini akan ada penjelasan lebih yang akan menjelaskan istilah-istilah yang membingungkan yang dipakai untuk menggambarkan universe dari novel ini.

Ada di bab kedua saya merasa seperti membaca jurnal politik dengan segala penjelasan politik yang terkait dalam buku ini. Haha..

Baca: Review Novel Seribu Wajah 

Overall cerita dalam novel ini sangat menarik suatu fakta yang baru saya tahu setelah mengikuti diskusi collab Kelana dan Lentera. Kalau buku ini dijadikan tugas mereview buku untuk sekolah-sekolah di negara maju. Yang saya sendiri merasa buku ini cukup berat dan akan sulit dibaca oleh anak SMA. 

Novel ini memuat segala sistem-sistem buruk yang ada di dunia dijadikan satu. Tidak ada sisi-sisi baik sama sekali. Huh.. rasanya agak stress bacanya tapi menarik dan bikin nagih. Hehe..

Bahkan untuk urusan sexual pun diatur sedemikian rupa agar para anggota partai tidak mempunyai celah untuk melawan. Kebebasan yang terenggut dan hidup bagaikan di penjara. Untuk sekedar berpikir untuk melawan akan sangat sulit karena sedikit saja tidak ortodoks akan langsung ditangkap dan di brainwash

Penyiksaan yang dilakukan pun sangat tidak manusiawi. Bahkan eksekusi kematian dengan cara di gantung pun di pertontonkan di khalayak umum dan menjadi hiburan bagi rakyat untuk menontonnya. 

Anak-anak di doktrin sejak kecil untuk berpihak pada penguasa dan bahkan menjadi mata-mata untuk orang tuanya sendiri jika mereka melakukan sedikit keanehan atau tanda-tanda akan menentang para penguasa.

Jika kalian suka dengan tema politik. Saya sangat merekomendasikan novel ini.

See you next book review guys^_^


Related Posts

Posting Komentar