Tulisan mengenai Belajar Aksara Ulu di Museum Sriwijaya harusnya saya buat bulan lalu tapi karena mager nulis jadinya gak jadi-jadi. Jadi, saya memutuskan untuk menulisnya sekarang karena sudah memasuki dealine akhir bulan setoran di Blogspedia. Huhu..
Niat nulisnya sudah ada tapi buka laptopnya itu butuh effort
karena rasanya mager banget. Katakan lah saya adalah penulis yang malas. Wkwkw..
Bikin outline aja udah gak pernah nulis sesuai mood aja. Cukup sekian cerita
tentang saya. Back to topic.
Bulan lalu saya menghadiri acara Belajar Bersama Di Museum
Sriwijaya. Disini saya mewakili Komunitas Kota Kata untuk menghadiri undangan
dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang. Harusnya setiap komunitas
yang diundang mengirim 2 orang untuk menghadirinya. Akan tetapi karena Kota
Kata lagi vakum dan para anggotanya sudah banyak sibuk dengan urusan masing-masing
sehingga saya yang kebetulan memiliki waktu luang menerima untuk menjadi
perwakilan di kegiatan tersebut.
Saya menyukai hal-hal baru sehingga membuat saya tertarik
untuk menghadiri. Saya termasuk orang yang suka belajar sehingga saya cukup
antusias untuk mengikuti kegiatannya. Rundown kegiatan pun sudah dibagikan bersama
undangannya jadi saya tertarik untuk mengenal dan belajar Aksara Ulu.
Rangkaian Kegiatan Belajar Bersama Di Museum Sriwijaya
Pak Rapanie Igama, Pelestari Naskah Kuno |
Kegiatan Belajar ini diadakan dua hari pada tanggal 24-25 Mei 2023. Jadi setiap perwakilan menghadiri satu hari kegiatan yang dimulai pukul 9 pagi hingga jam 4 sore. Karena komunitas kami hanya mengirim satu perwakilan jadinya saya hanya datang di hari pertama.
Saat tiba disana peserta diminta untuk melakukan registrasi
di meja tamu. Setiap peserta mendapatkan snack kotak dan minum, tas map berwarna
kuning yang berisi materi yang akan dipaparkan ada 3 modul, buku, pena, id
card, dan peserta juga mendapatkan baju kaos berwarna navy yang harus dipakai
selama mengikuti kegiatan.
Adapun rangkaian kegiatan dimulai dari pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan yang dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, lalu penyampaian materi yang dipaparkan oleh para ahli budaya kota Palembang, belajar Aksara Ulu, praktik menulis serta di sesi terkahir ada tanya jawab untuk peserta yang berhasil menerima tantangan menulis Aksara Ulu akan diberikan hadiah.
Acara seru sekali saya jadi belajar sejarah mengenai aksara
di Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Selatan. Dari pemaparan materi Aksara
di Indonesia mengalami banyak perubahan dan sehingga terbentuk lah aksara yang
kita pakai sekarang.
Setiap provinsi di Indonesia pun memiliki aksaranya
masing-masing seperti Aksara Pesisir
Jawa, Aksara Bali, Aksara Ulu, dll. Saya baru mengetahuinya setelah belajar disini
yang selama ini saya tahu Indonesia dulu menggunakan Bahasa Sangsekerta. Saya banyak
lupa pelajaran sejarah saat sekolah dulu. Sewaktu sekolah saya tidak suka
dengan pelajaran Sejarah karena ngantuk.
Entahlah dulu sejarah tidak begitu menarik bagi saya
sehingga saya hanya mendengarkan guru sambil lalu. Cara guru menjelaskan pun
sangat membosankan alhasil setiap pelajaran sejarah pasti nguap ditambah lagi
sejarah selalu berada di jam terkahir, combo double kill ngantuk polll. Giat
belajar pun hanya ketika mendekati ujian. Wkwkwk.. Tapi setelah saya dewasa dan
banyak membaca buku tentang sejarah saya jadi sangat suka sejarah. Ketika mengikuti
materi saya serasa belajar 4 sks mata
kuliah sejarah. Hehe..
Karena setiap daerah punya sejarahnya masing-masing. Bagaimana
dengan daerahmu, aksara apa yang digunakan?
Apa Itu Aksara Ulu?
Sebelum lanjut ceritanya yuk kita cari tahu dulu apa itu
Aksara Ulu.
Aksara Ulu yang dikenal di Sumatera Selatan sekarang ini dahulu dipergunakan untuk menuliskan bahasa-bahasa di wilayah “Melayu Tengah” (Midden Malaysche). Artefak (benda tinggalannya) yang sekarang dapat dijumpai berupa naskah dan prasasti pada:
- Tanduk
- Kulit kayu (kaghas)
- Bilah bambu (gelumpay)
- Gelondong bambu (surat boloh)
- Kertas, dll
Aksara Ulu adalah aksara/huruf yang dipergunakan dalam
tradisi tulis Surat Ulu di Sumatera Selatan yang saat ini sudah tidak dipakai
lagi dan cenderung menuju kepunahan.
Akasara Ulu menggunakan struktur dan sistem aksara-aksara
dari India seperti Aksara Pallawa dan Devanagari. Aksara ini terdiri dari
silaba-silaba dengan susunan tiga buah silaba pertama berbunyi “ka”, “ga”, dan “nga”.
Oleh sebab itu aksara ini sering juga disebut sebagai Aksara Kaganga.
Aksara Ulu ini ditemukan dalam naskah penting sejarah
masyarakat Sumsel, seperti strategi perang, penulisan mantera hingga
pengobatan, yang penting peninggalannya dapat dilihat di Museum Balaputera Dewa
di Palembang.
Naskah-naskah ini berisi kisah salah satunya perjalanan
nenek moyang orang Indonesia yang disebut sebagai seorang pelaut bertuliskan
Aksara Ulu. Juga ditemukan naskah gelumpay atau tulisan pada sebuah bambu, yang
menceritakan tentang kisah Nabi Muhammad yang ditulis dalam bahasa Jawa, namun
menggunakan Aksara Ulu.
Adapun perkembangan aksara di Sumatera Selatan di mulai
dari Aksara Pallawa, Aksara Sumatera Kuno, Aksara Ulu, Aksara Arab Melayu,
Aksara Latin.
Masuknya kolonial Belanda menjadi titik balik perubahan
aksara di Indonesia sehingga sekarang kita memakai aksara latin. Gimana jadinya
jika Belanda gak menjajah Indonesia akankah aksara yang digunakan adalah aksara
lama itu atau malah aksara Jepang?
Duh bakal rumit banget nulis kayak gitu. Oh ya, karena
aksara banyak ditemukan pada benda-benda keras jadi untuk menggoresnya
menggunakan alat khusus berupa besi yang
berbentuk runcing ditambah campuran kemiri dibakar untuk menciptakan gosong.
Gosong ini akan memberikan efek penebalan pada saat menorehkan aksara. Proses pembuatannya pun terbilang
cukup lama karena ada proses dimana bahan harus dilembutkan dulu dengan cara
direndam dengan air berkali-kali untuk mendapatkan goresan yang sempurna dan
membentuk aksara.
Nah, itulah pengertian tentang Aksara Ulu.
Belajar Aksara Ulu
Setelah makan siang kegiatan selanjutnya adalah belajar Aksara Ulu. Dimulai dari mengenal huruf-huruf dasar dan sandangan Surat Ulu, gimana cara membaca hurufnya, dan cara menulisnya.
Struktur hurufnya sangat rumit tapi bukan berarti tidak bisa
dipelajari. Sandangan hurufnya ada vokal, imbuhan, konsonan, dan ada berbagai
turunan lainnya. Butuh waktu untuk menuliskan satu kata saja karena bentuk
hurufnya yang tidak biasa. Tentu saja belajar ini tidak bisa sekali belajar
sudah langsung bisa.
Kalau ingin menekuninya tentu membutuhkan waktu lama untuk
mempelajarinya. Tapi menariknya belajar aksara ini bisa digunakan sebagai sebuah
sandi mirip sandi morse yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan pesan
rahasia.
Bisa juga digunakan untuk curhat dan orang lain jadinya
tidak bisa membaca isinya. Hehe.. menarik sekali bukan?
Kesan Selama Mengikuti Kegiatan Belajar Aksara Ulu
Saya sangat senang berkesempatan hadir di kegiatan belajar
bersama Museum Sriwijaya ini. Materi yang dipaparkan oleh para ahli membuat
saya ingin mengetahui lebih banyak tentang Sejarah kota kelahiran tercinta ini.
Saya juga bisa mengenal orang-orang yang melestarikannya, yang hidupnya mereka
dedikasikan untuk membuat sejarah ini tetap dikenal oleh masyarakat dan
mengetahui aksara ini bisa dilihat dimana saja di kota Palembang. Salah satunya
Museum Balaputera Dewa.
Saat makan siang pun saya berkesempatan mengunjungi Museum
Sriwijaya karena peserta, masuk museum jadinya gratis. Ada banyak benda-benda
bersejarah seperti patung, piring, batu, dll yang saya lihat. Rasanya sangat
menyenangkan melakukan tour singkat di dalam museum. Dari kunjungan ini membuat
saya jadi ingin menghalu gimana rasanya museum date dengan Kim Namjoon pasti
sangat menyenangkan secara member BTS satu
ini sangat menyukai seni dan sering sekali mengunjungi museum. Wkwkwkw…
Saya juga berkeliling komplek museum di arah belakang ada sebuah taman buatan yang sangat indah di kelilingi pohon-pohon dan sungai yang membela pulau ini dengan pulau utama.
Dari hasil mengunjungi taman ini terciptalah ide untuk berpiknik
dan saya mengusulkan untuk mengajak teman-teman Kelana Book Club untuk piknik
dan reading book di taman ini. Kami sudah merencanakannya dan akan segera
dilaksanakan awal bulan juli mendatang.
Terima kasih sudah membaca tulisan saya. I’m so happy bisa membagikan pengalaman saya kepada pembaca sekalian.
Waaah asiknya belajar aksara ulu, kekayaan budaya yang harus kita lestarikan. Sayangnya saya tidak sempat main ke museum Sriwijaya waktu ke Palembang dulu.
BalasHapusBaru tahu aq klo ada banyak macam aksara. Aq kira cuja aksara jawa aja. Bearti peninggalan berupa tulisan" itu ada artinya dan bisa dibaca juga ya.
BalasHapusWah seru banget ini kegiatannya ya mbak Husna. Aku baru tahu ada aksara Ulu gini, terlihat rumit yaa. Bener nih bisa digunakan untuk curhat, wkwkwk.
BalasHapusAsik bgt mbak bisa piknik sambil baca buku. Semoga acaranya lancar ya 🤗
MasyaAllah ya setiap daerah di Indonesia punya bahasa dan bahkan aksara sendiri. Sayang sekali jika tidak dilestarikan. Semoga kamu muda kita lebih tertarik juga mempelajari budaya.
BalasHapusHihi bener bangwt mba pas jaman sekolah belajar sejarah itu membosankan plus bikin ngantuk. Justru sekarang ini malah tertarik belajar sejarah.
BalasHapusAku baru juga denger aksara ulu ini. Hurufnya menarik ya. Bisa jadi tulisan rahasia nih.
Baru tau banget lho saya tentang aksara Ulu ini. Makin bangga rasanya jadi orang Indonesia dengan banyaknya budaya dan ilmu yang otentik dari tiap daerahnya
BalasHapusKalau Belanda nggak masuk ke Indonesia, emm... Mungkin masih pakai aksara lama ya, yang tiap daerah punya aksara masing2. Kalau pakai aksara Jepang kayaknya enggak, karena sepahamku Jepangnya masuknya belakangan nih ke Indonesia, dan enggak lama2 kan... Masuk tahun 1940an dan di tahun 1945 mereka kalah dari sekutu.. Tapi ngga tau lagi, aku bukan ahli sejarah wkwk..
BalasHapusMenarik sekali aksara Ulu ini, aku baru pertama kali tahu lo. Salut sama para aktivis yang masih berusaha melestarikan aksara ini. Kita jadi tahu kalo dulu orang Sumatera selatan khususnya pakai aksara ini.. Wah, masyaAllah sekali, sebegitu banyaknya budaya kita di Nusantara ini...
Budaya Nusantara lama memang beragam, bahasa dan tulisan juga konon kabarnya sangat beragam dimasa itu, sayangnya sudah banyak juga yang punah, sebegai generasi penerus ada baiknya belajar tentang basa dan tulisan agar bisa mengajarkannya lagi kelak kepada anak cucu
BalasHapusaku pikir aksara ulu ini tulisannya hampir mirip aksara jawa "hanacaraka" gitu lho Mba, ternyata malah sekilas terlihat seperti tulisan steno ya. seneng sekali bisa belajar dari ahlinya langsung, semoga bisa terus dipakai dalam pelajaran bahasa daerah disana yaa
BalasHapusSalut banget sama pemerintahan setempat yg masih mau melestarikan budayanya 😍 dan mba Husna keren banget ikut banyak klub literasi 😍
BalasHapusBaru tahu kalai ada aksara ulu yg dulunya dipakai di sumatera selatan, smga ada lngkah² selanjutny oleh pemerintah stempat supaya aksara ulu semakin lestari dn dikenal luas...
BalasHapus