https://www.husnaroina.my.id/

Belajar Aksara Ulu Di Museum Sriwijaya

11 komentar
Belajar bersama Museum Sriwijaya

Tulisan mengenai Belajar Aksara Ulu di Museum Sriwijaya harusnya saya buat bulan lalu tapi karena mager nulis jadinya gak jadi-jadi. Jadi, saya memutuskan untuk menulisnya sekarang karena sudah memasuki dealine akhir bulan setoran di Blogspedia. Huhu..

Niat nulisnya sudah ada tapi buka laptopnya itu butuh effort karena rasanya mager banget. Katakan lah saya adalah penulis yang malas. Wkwkw.. Bikin outline aja udah gak pernah nulis sesuai mood aja. Cukup sekian cerita tentang saya. Back to topic.

Bulan lalu saya menghadiri acara Belajar Bersama Di Museum Sriwijaya. Disini saya mewakili Komunitas Kota Kata untuk menghadiri undangan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang. Harusnya setiap komunitas yang diundang mengirim 2 orang untuk menghadirinya. Akan tetapi karena Kota Kata lagi vakum dan para anggotanya sudah banyak sibuk dengan urusan masing-masing sehingga saya yang kebetulan memiliki waktu luang menerima untuk menjadi perwakilan di kegiatan tersebut.

Saya menyukai hal-hal baru sehingga membuat saya tertarik untuk menghadiri. Saya termasuk orang yang suka belajar sehingga saya cukup antusias untuk mengikuti kegiatannya. Rundown kegiatan pun sudah dibagikan bersama undangannya jadi saya tertarik untuk mengenal dan belajar Aksara Ulu.

Rangkaian Kegiatan Belajar Bersama Di Museum Sriwijaya

Pak Rapani Igama pelestari Naskah-naskah kuno
Pak Rapanie Igama, Pelestari Naskah Kuno

Kegiatan Belajar ini diadakan dua hari pada tanggal 24-25 Mei 2023. Jadi setiap perwakilan menghadiri satu hari kegiatan yang dimulai pukul 9 pagi hingga jam 4 sore. Karena komunitas kami hanya mengirim satu perwakilan jadinya saya hanya datang di hari pertama.

Saat tiba disana peserta diminta untuk melakukan registrasi di meja tamu. Setiap peserta mendapatkan snack kotak dan minum, tas map berwarna kuning yang berisi materi yang akan dipaparkan ada 3 modul, buku, pena, id card, dan peserta juga mendapatkan baju kaos berwarna navy yang harus dipakai selama mengikuti kegiatan.

Adapun rangkaian kegiatan dimulai dari pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan yang dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, lalu penyampaian materi yang dipaparkan oleh para ahli budaya kota Palembang, belajar Aksara Ulu, praktik menulis serta di sesi terkahir ada tanya jawab untuk peserta yang berhasil menerima tantangan menulis Aksara Ulu akan diberikan hadiah.

Acara seru sekali saya jadi belajar sejarah mengenai aksara di Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Selatan. Dari pemaparan materi Aksara di Indonesia mengalami banyak perubahan dan sehingga terbentuk lah aksara yang kita pakai sekarang.

Setiap provinsi di Indonesia pun memiliki aksaranya masing-masing  seperti Aksara Pesisir Jawa, Aksara Bali, Aksara Ulu, dll. Saya baru mengetahuinya setelah belajar disini yang selama ini saya tahu Indonesia dulu menggunakan Bahasa Sangsekerta. Saya banyak lupa pelajaran sejarah saat sekolah dulu. Sewaktu sekolah saya tidak suka dengan pelajaran Sejarah karena ngantuk.

Entahlah dulu sejarah tidak begitu menarik bagi saya sehingga saya hanya mendengarkan guru sambil lalu. Cara guru menjelaskan pun sangat membosankan alhasil setiap pelajaran sejarah pasti nguap ditambah lagi sejarah selalu berada di jam terkahir, combo double kill ngantuk polll. Giat belajar pun hanya ketika mendekati ujian. Wkwkwk.. Tapi setelah saya dewasa dan banyak membaca buku tentang sejarah saya jadi sangat suka sejarah. Ketika mengikuti materi saya serasa belajar  4 sks mata kuliah sejarah. Hehe..

Karena setiap daerah punya sejarahnya masing-masing. Bagaimana dengan daerahmu, aksara apa yang digunakan?

Apa Itu Aksara Ulu?

Sebelum lanjut ceritanya yuk kita cari tahu dulu apa itu Aksara Ulu.

Aksara Ulu yang dikenal di Sumatera Selatan sekarang ini dahulu dipergunakan untuk menuliskan bahasa-bahasa di wilayah “Melayu Tengah” (Midden Malaysche). Artefak (benda tinggalannya) yang sekarang dapat dijumpai berupa naskah dan prasasti pada:

  1.  Tanduk
  2. Kulit kayu (kaghas)
  3. Bilah bambu (gelumpay)
  4. Gelondong bambu (surat boloh)
  5. Kertas, dll

Aksara Ulu adalah aksara/huruf yang dipergunakan dalam tradisi tulis Surat Ulu di Sumatera Selatan yang saat ini sudah tidak dipakai lagi dan cenderung menuju kepunahan.

Akasara Ulu menggunakan struktur dan sistem aksara-aksara dari India seperti Aksara Pallawa dan Devanagari. Aksara ini terdiri dari silaba-silaba dengan susunan tiga buah silaba pertama berbunyi “ka”, “ga”, dan “nga”. Oleh sebab itu aksara ini sering juga disebut sebagai Aksara Kaganga.

Aksara Ulu ini ditemukan dalam naskah penting sejarah masyarakat Sumsel, seperti strategi perang, penulisan mantera hingga pengobatan, yang penting peninggalannya dapat dilihat di Museum Balaputera Dewa di Palembang.

Naskah-naskah ini berisi kisah salah satunya perjalanan nenek moyang orang Indonesia yang disebut sebagai seorang pelaut bertuliskan Aksara Ulu. Juga ditemukan naskah gelumpay atau tulisan pada sebuah bambu, yang menceritakan tentang kisah Nabi Muhammad yang ditulis dalam bahasa Jawa, namun menggunakan Aksara Ulu.

Adapun perkembangan aksara di Sumatera Selatan di mulai dari Aksara Pallawa, Aksara Sumatera Kuno, Aksara Ulu, Aksara Arab Melayu, Aksara Latin.

Masuknya kolonial Belanda menjadi titik balik perubahan aksara di Indonesia sehingga sekarang kita memakai aksara latin. Gimana jadinya jika Belanda gak menjajah Indonesia akankah aksara yang digunakan adalah aksara lama itu atau malah aksara Jepang?

Duh bakal rumit banget nulis kayak gitu. Oh ya, karena aksara banyak ditemukan pada benda-benda keras jadi untuk menggoresnya menggunakan alat  khusus berupa besi yang berbentuk runcing ditambah campuran kemiri dibakar untuk menciptakan gosong.

Gosong ini akan memberikan efek penebalan pada saat  menorehkan aksara. Proses pembuatannya pun terbilang cukup lama karena ada proses dimana bahan harus dilembutkan dulu dengan cara direndam dengan air berkali-kali untuk mendapatkan goresan yang sempurna dan membentuk aksara.

Nah, itulah pengertian tentang Aksara Ulu.

Belajar Aksara Ulu

Belajar Aksara Ulu

Setelah makan siang kegiatan selanjutnya adalah belajar Aksara Ulu. Dimulai dari mengenal huruf-huruf dasar dan sandangan Surat Ulu, gimana cara membaca hurufnya, dan cara menulisnya.

Struktur hurufnya sangat rumit tapi bukan berarti tidak bisa dipelajari. Sandangan hurufnya ada vokal, imbuhan, konsonan, dan ada berbagai turunan lainnya. Butuh waktu untuk menuliskan satu kata saja karena bentuk hurufnya yang tidak biasa. Tentu saja belajar ini tidak bisa sekali belajar sudah langsung bisa.

Kalau ingin menekuninya tentu membutuhkan waktu lama untuk mempelajarinya. Tapi menariknya belajar aksara ini bisa digunakan sebagai sebuah sandi mirip sandi morse yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan pesan rahasia.

Bisa juga digunakan untuk curhat dan orang lain jadinya tidak bisa membaca isinya. Hehe.. menarik sekali bukan?

Kesan Selama Mengikuti Kegiatan Belajar Aksara Ulu

Saya sangat senang berkesempatan hadir di kegiatan belajar bersama Museum Sriwijaya ini. Materi yang dipaparkan oleh para ahli membuat saya ingin mengetahui lebih banyak tentang Sejarah kota kelahiran tercinta ini.

Saya juga bisa mengenal orang-orang  yang melestarikannya, yang hidupnya mereka dedikasikan untuk membuat sejarah ini tetap dikenal oleh masyarakat dan mengetahui aksara ini bisa dilihat dimana saja di kota Palembang. Salah satunya Museum Balaputera Dewa.

Saat makan siang pun saya berkesempatan mengunjungi Museum Sriwijaya karena peserta, masuk museum jadinya gratis. Ada banyak benda-benda bersejarah seperti patung, piring, batu, dll yang saya lihat. Rasanya sangat menyenangkan melakukan tour singkat di dalam museum. Dari kunjungan ini membuat saya jadi ingin menghalu gimana rasanya museum date dengan Kim Namjoon pasti sangat menyenangkan secara member BTS  satu ini sangat menyukai seni dan sering sekali mengunjungi museum. Wkwkwkw…

Koleksi patung Museum Sriwijaya

Saya juga berkeliling komplek museum di arah belakang ada sebuah taman buatan yang sangat indah di kelilingi pohon-pohon dan sungai yang membela pulau ini dengan pulau utama.

Dari hasil mengunjungi taman ini terciptalah ide untuk berpiknik dan saya mengusulkan untuk mengajak teman-teman Kelana Book Club untuk piknik dan reading book di taman ini. Kami sudah merencanakannya dan akan segera dilaksanakan awal bulan juli mendatang.

Pulau Cempaka di Taman Purbakala

Terima kasih sudah membaca tulisan saya. I’m so happy bisa membagikan pengalaman saya kepada pembaca sekalian.

Related Posts

11 komentar

  1. Waaah asiknya belajar aksara ulu, kekayaan budaya yang harus kita lestarikan. Sayangnya saya tidak sempat main ke museum Sriwijaya waktu ke Palembang dulu.

    BalasHapus
  2. Baru tahu aq klo ada banyak macam aksara. Aq kira cuja aksara jawa aja. Bearti peninggalan berupa tulisan" itu ada artinya dan bisa dibaca juga ya.

    BalasHapus
  3. Wah seru banget ini kegiatannya ya mbak Husna. Aku baru tahu ada aksara Ulu gini, terlihat rumit yaa. Bener nih bisa digunakan untuk curhat, wkwkwk.

    Asik bgt mbak bisa piknik sambil baca buku. Semoga acaranya lancar ya 🤗

    BalasHapus
  4. MasyaAllah ya setiap daerah di Indonesia punya bahasa dan bahkan aksara sendiri. Sayang sekali jika tidak dilestarikan. Semoga kamu muda kita lebih tertarik juga mempelajari budaya.

    BalasHapus
  5. Hihi bener bangwt mba pas jaman sekolah belajar sejarah itu membosankan plus bikin ngantuk. Justru sekarang ini malah tertarik belajar sejarah.
    Aku baru juga denger aksara ulu ini. Hurufnya menarik ya. Bisa jadi tulisan rahasia nih.

    BalasHapus
  6. Baru tau banget lho saya tentang aksara Ulu ini. Makin bangga rasanya jadi orang Indonesia dengan banyaknya budaya dan ilmu yang otentik dari tiap daerahnya

    BalasHapus
  7. Kalau Belanda nggak masuk ke Indonesia, emm... Mungkin masih pakai aksara lama ya, yang tiap daerah punya aksara masing2. Kalau pakai aksara Jepang kayaknya enggak, karena sepahamku Jepangnya masuknya belakangan nih ke Indonesia, dan enggak lama2 kan... Masuk tahun 1940an dan di tahun 1945 mereka kalah dari sekutu.. Tapi ngga tau lagi, aku bukan ahli sejarah wkwk..

    Menarik sekali aksara Ulu ini, aku baru pertama kali tahu lo. Salut sama para aktivis yang masih berusaha melestarikan aksara ini. Kita jadi tahu kalo dulu orang Sumatera selatan khususnya pakai aksara ini.. Wah, masyaAllah sekali, sebegitu banyaknya budaya kita di Nusantara ini...

    BalasHapus
  8. Budaya Nusantara lama memang beragam, bahasa dan tulisan juga konon kabarnya sangat beragam dimasa itu, sayangnya sudah banyak juga yang punah, sebegai generasi penerus ada baiknya belajar tentang basa dan tulisan agar bisa mengajarkannya lagi kelak kepada anak cucu

    BalasHapus
  9. aku pikir aksara ulu ini tulisannya hampir mirip aksara jawa "hanacaraka" gitu lho Mba, ternyata malah sekilas terlihat seperti tulisan steno ya. seneng sekali bisa belajar dari ahlinya langsung, semoga bisa terus dipakai dalam pelajaran bahasa daerah disana yaa

    BalasHapus
  10. Salut banget sama pemerintahan setempat yg masih mau melestarikan budayanya 😍 dan mba Husna keren banget ikut banyak klub literasi 😍

    BalasHapus
  11. Baru tahu kalai ada aksara ulu yg dulunya dipakai di sumatera selatan, smga ada lngkah² selanjutny oleh pemerintah stempat supaya aksara ulu semakin lestari dn dikenal luas...

    BalasHapus

Posting Komentar