https://www.husnaroina.my.id/

[Review] Juvinile Justice, Benarkah Kejahatan Anak Di Bawah Umur Bebas Hukum?

Posting Komentar
Juvinile Justice kasus kriminalitas anak

Review drama Juvinile Justice – Aku baru menyelesaikan drama ini beberapa minggu lalu. Rasanya aku mau teriak kenapa aku baru tahu ada drama sebagus ini. Gara-gara penasaran dengan acting Kim Hye Soo aku memutuskan nonton film ini setelah menonton drama Under The Queen Umbrella

Juvinile Justice memiliki tema yang menarik sangat berbeda dari drama legal lainnya. Tema yang diangkat pun sangat berbeda ialah tentang potret kenalan anak di bawah umur yang saat ini makin meningkat setiap tahunnya. 

Dengan akting yang begitu memukau dan pendalaman karakter yang begitu nyata ari pemerannya. Membuat drama ini menurtku pantas mendapatkan penghargaan ditambah ide cerita yang sangat mindblowing.

Profil Drama Juvinile Justice (2022)

Judul drama: Juvinile Justice 

Director: Hong Jong-Chan

Writer: Kim Min-Seok

Network: Netflix

Episode: 10 

Release date: February 25, 2022

Country: South Korea

Cast Drama Juvinile Justice 

Kim Hye Soo : Sim Eun Soek

Kim Moo Yul: Cha Tae Ju

Lee Sung Min: Kang Won Joon

Lee Jung Eun: Na Gaeun Hee

Baca juga: Review Film Avatar: The Way Of Water

Sinopsis Drama Juvinile Justice 

Hakim Shim Eun Soek yang mengurus peradilan anak dipindahkan ke divisi yang tdak hanya menangani kasus perlindungan remaja, tapi juga kasus kriminal yang melibatkan remaja dan anak-anak. ia dikenal tegas dan tak segan-segan memberikan hukuman maksimal bagi setiap kasus yang ditanganinya. 

Ia bekerja di bawah hakim ketua Kang Won Joon yang populer, sering tampil di televisi, dan sedang digaet oleh partai politik sebagai calon untuk pemilu legislatif. Ada pula Cha Tae-Joo, hakim muda yang sangat peduli pada anak-anak karena memiliki masa lalu sebagai korban KDRT.

Eun Soek yang sangat tegas mendapatkan pertentangan dari ketua hakim dan rekan kerjanya. Berbagai masalah pun berdatangan dari kasus-kasus yang mereka hadapi. Tapi pada akhirnya, mereka ingin memberikan pengadilan yang adil bagi pelaku kejahatan dan perlindungan hukum yang maksimal bagi korban.

Review Drama Juvinile Justice

First impression nonton drama ini langsung nangkep banget. Dari awal saja sudah membuat penasaran dengan menyungguhkan kasus mutilasi anak. Tidak perlu menunggu lama untuk membuat aku jatuh cinta dan setia mengikuti drama ini hingga selesai.

Directornya jago banget buat ngangkat sudut pengambilan cerita dan gambar. Di episode pertama dibuka dengan cerita anak sekolah yang sedang berjalan menuju kantor polisi dengan membawa senjata tajam yang berdarah-darah dan mengakui telah melakukan pembunuhan. 

Jangan Harap Ada Adegan Romance

Untuk tema legal ini kita tidak akan disuguhkan adegan romantis atau pun membahas tentang percintaan. Jadi ini konfliknya pure tentang kasus kriminal anak dan perlindungan anak. Kasusnya pun imtens dan penuh emosi karena kajahatan yang dilakukan pun cukup serius dari pembunuhan mutilasi anak SD, KDRT, pemerkosaan, kebocoran soal dan kunci jawaban ujian sekolah, prostitusi, dan pembunuhan yang tidak disengaja.

Baca juga: Review Drama Blind

Fakta Menarik Kasus Diangkat Dari Kisah Nyata

Aku baru tahu setelah menyelesaikan drama ini ada beberapa kasus yang ternyata diangkat dari kisah nyata. Dari 5 kasus yang diangkat 3 diantaranya adalah kisah nyata. Apa saja?

Kasus pertama dibuka dengan sangat ekstrim ialah pembunuhan dan mutilasi anak SD yang dilakukan oleh siswa SMP. Sadis banget sih, tapi bersyukur pelakunya diadili dengan sepatutnya. Sama seperti kejadian aslinya pelaku mendapatkan hukuman 20 tahun dan memakai pelacak selama 30 tahun.

Kasus kedua adalah bocornya kunci jawaban ujian SAT di sekolah swasta terkenal. Ternyata anak ketua hakim terlibat dengan kasusnya yang membuat ketua hakim jadi kalang kabut dan reputasinya diambang kehancuran. Sangat dramatis sekali kan. Kasus aslinya, pelakunya adalah guru bimbel yang merupakan koordinator SAT di tahun 2013, lalu ia memulai menjadi calo kunci jawaban di tahun 2017 dan diadili tahun 2021.

Kasus ketiga adalah tentang kematian anak akibat dijatuhi batu bata. Jadi seorang anak melempar batu bata dari atap apartemen secara random dan mengenai anak yang sedang berjalan di bawah. Akibatnya anak tersebut meninggal. Pelakunya yang masih berusia 13 tahun hanya dikirim ke pangadilan anak dan mendapatkan bimbingan. Ini beneran terjadi di tahun 2010, tepatnya dari lantai 13 apartemen di Busanjin.

Benarkah Kejahatan Anak Di Bawah Umur Bebas Hukum?

Selama menonton drama ini bahwa kasus kriminal anak itu sangat rumit. Ada anak yang sengaja melakukan pembunuhan dan dengan sadar memanfaatkan hukum perlindungan anak menutupi kasus kriminalnya agar tidak terkena hukuman. Miris sekali. 

Di beberapa film korea tentang kasus pembullyan dan pemerkosaan ini hukum perlindungan anak d bawah umur ini sering sekali di pergunakan untuk membebaskan diri dari tuntunan hukum. Yang berakhir korban tidak mendapatkan keadilan yang sebagaimana mestinya.

Hukum bagaikan pisau dengan dua mata pedang yang ternyata malah berbalik  tidak memberi keadilan bagi korbannya. 

“Hukum memang seperti itu. hukum tidak melindungi setiap korban. Hukum hanya memberikan penilaian berdasarkan bukti.” Juvinile Justice

Dalm drama Juvinile Justice ini tidak mengulik atau fokus dalam mencari dan menghuku pelaku saja, melainkan juga melibatkan orang tua sebagai penanggung jawab anak. Dalam setiap kasus, kondisi keluarga, masa kecil sang anak, hingga ketakutan serta isu kesehatan mental anak dibahas tuntas sebagai suatu kritik.

Drama ini juga secara jelas memperlihatkan bahwa peran pengasuhan orang tua sangat penting untuk membentuk karakter anak ketika beranjak dewasa. Setiap kasus yang dikisahkan dilatarbelakangi kehidupan keluarga yang tidak harmonis, kurang kasih sayang juga kurang perhatian.

Jadi benarkah kejahatan anak di bawah umur bebas hukum? Jawabannya tidak, lewat drama ini kita bisa menyaksikan bagaimana peradilan anak dan dijatuhi hukuman atas tindak kriminal yang dilakukan. Walapun masih ada ketimpangan yang terkadang tidak memihak korban. Dari sini kita bisa melihat mengadili kasus kriminal anak tidak hanya cukup dengan sekedar bukti tapi juga harus di usut tuntas agar tidak menimbulkan bagi pihak korban.

Baca juga: 5 Perbedaan Weak Hero Class 1 versi drama dan Webtoon

Sumber:

http://heynoona.com/review-drama-korea-juvinile-justice-benarkah-penjahat-anak-cukup-butuh-pendampingan-aja/

https://www.optika.id/gaya-hidup/review-drakor-juvinile-justice-peliknya-kriminalitas-anak-dan-pentingnya-pola-asuh-orang-tua


Related Posts

Posting Komentar