https://www.husnaroina.my.id/

Cerpen Sungai Kedukan Karya Husna Roina

Posting Komentar
Cerpen Sungai Kedukan karya Husna Roina

Anak-anak kecil di kampung sangat suka sekali mandi air pasang di sungai. Mereka bahkan berani meloncat dari jembatan yang sangat tinggi terjun langsung ke dalam air. kegiatan seperti itu bukan hal yang menakutkan bagi mereka bahkan sebuah tantangan yang memicu adrenalin. Baik usia anak-anak, remaja, dan orang dewasa sangat suka sekali mandi dan berenang di sungai kedukan. Sungainya luas, aliran air cukup deras sehingga air terlihat bersih. kadang sekelompok anak berlomba-lomba siapa yang paling hebat dalam melompat dan menimbulkan bunyi “gelantum” dan gelombang air yang besar . Lomba seperti itu sangat seru sekali mengingat dari kecil mereka sudah pandai berenang. 

Terlihat seorang ibu tengah menjerit-jerit histeris saat mayat tengah dievakuasi meraih-raih ingin menggapai tubuh anaknya. Terlihat juga seorang anak kecil sedang menangis sambil memanggil-manggil “emak-emak” kepada bik Beda yang sedang dalam keadaan kacau dan kalut karena menangis histeris. Proses evakuasi cukup memakan waktu karena tubuh mayat tersebut terjerat banyak sekali eceng gondok. Jika dilihat lebih teliti ada yang janggal pada tubuh anak bik Beda itu.

Warga mulai membicarakan sebab kematian anak bik Beda. Sebelumnya santer terdengar isu bahwa adanya antu banyu di sungai kedukan ini karena terbawa arus sungai musi. Warga disini meyakini adanya antu banyu karena sering kali memakan korban setiap kali air pasang. Dan warga percaya korban-korban itu mati karena digigit antu banyu. Anak-anak juga sudah diperingati jangan mandi dan berenang di sungai. Tapi namanya juga anak-anak, mereka sering kali mengindahkan larangan orang tua. Mereka tetap asyik dengan kesenangannya. Kapan lagi air pasang, bisa berenang bebas bagai ikan di lautan. 

Mayat diangkat yang segera dirangkul oleh bik Beda. Janda dua anak ini langsung memeluk dan menangis meraung-raung melihat kematian anak sulungnya. Warga mulai meberbisik-bisik apa yang menjadi penyebab kematiannya melihat kondisi mayat cukup mengenaskan. Ada yang bilang anak bik Beda ditangkap antu banyu saat lagi mandi di sungai tengah malam. Warga mempercayai  jika seseorang tertangkap antu banyu tidak akan kembali dalam keadaan hidup. Antu banyu akan menarik korban ke dasar sungai lalu menghisap sumsum tulang belakang melalui ubun-ubun kepala. Melihat tempurung kepalanya nya yang pecah. Antu banyu itu suka sekali mengihisap ubun-ubun kepala. Ciri-ciri antu banyu yang diketahui warga sosoknya mirip manusia yang bercampur dengan siamang atau monyet kecil. Mulutnya monyong dengan bulu panjang nan tebal menghiasi seluruh badan. Tapi ada juga yang mempercayai antu banyu itu seperti manusia kerdil berbentuk ikan berambut panjang.

Tak hirau dengan orang bik Beda menangisi nasib anaknya. Mengutuk kenapa anaknya tidak mau mendengarkannya. Padahal bik Beda sudah memperingati Sholeh. Anaknya yang mati itu. Kabar berita kematian Sholeh menjadi buah bibir di antara para penduduk kampung. Kematian yang tidak lazim. 

***

Seseorang terlihat sedang mengobrak-abrik isi rumah mencari sesuatu. Rumah kayu panggung berantakan dengan baju yang tercecer kemana-mana. Lemari-lemari yang terbuka, baju acak-acakan, dan barang-barang berhamburan di setiap tempat. Makian dan umpatan bergaung dirumah kecil itu. 

“anjing kemano lah duit nih ditaroknyo”. Umpatnya.

“astaga sholeh, apo dio yang kau cari tu sampe rumah ni lah pecak kapal pecah?.” Tanya seseorang yang baru memasuki rumah dengan bocah yang bersembunyi dibalik tubuhnya.

“mano duit mak?” bentak Sholeh.

“kau nak bejudi lagi ye, duit kau pake judi terus. Lah tahu katek duit utang banyak”. Tegur bi Beda

“dak usah banyak tanyo mak. Sinike be duit tu. Aku ringam ado gek ku bakar rumah ni”.

Sholeh merampas kantomg plastik hitam yang ada ditangan bik Beda, tempat bik Beda menyimpan duit saat berjualan. Bik Beda yang berusaha mempertahankan kantong itu ditendang oleh Sholeh hingga bik beda terjungkal menghantam lemari. Budi adiknya pun ikut terjatuh. Bik Beda berteriak-teriak dengan marah dan memaki-maki sholeh sambil memeluk anak bungsunya yang juga ikut menangis. Bik Beda menangisi hasil jualan yang tidak seberapa itu lenyap dari tangannya. Bagaimana ia jualan besok, tetangga tidak akan memberikan pinjaman duit lagi. Hutang yang kemarin-kemarin saja belum bisa ia bayar. Banyak sekali masalah yang sudah dibuat Sholeh di kampung. Hingga rasanya malu sekali bik Beda yang terus-terusan ditegur oleh para tetangga akibat kelakuan Sholeh. Belum lg gunjingan dan cibiran-cibiran dari tetangga selalu ia dapatkan karena suami main serong dengan wanita lain. Kepergok tetangga sedang melalukan perbuatan mesum di kamar saat bik Beda berjualan. Rasanya ingin mati saja.

***

Lokasi judi ia datangi bersama kawan-kawan, dengan baju baru yang dibelinya di pasar BJ. Tidak lupa menyemprotkan minyak wangi hasil minta dengan kawan. Ia siap berpesta malam ini. Sebelum pergi ia mampir ke warung membeli lem aibon buat dihisap. Sholeh sudah candu dengan bau lem aibon ini, yang katanya membuatnya jadi percaya diri saat bertaruh di meja judi. Ia membeli 2 kaleng aibon untuk memeriahkan pesta judinya. Dengan berbekal duit yang diambil paksa dari tangan emaknya, Sholeh yakin ia akan menang banyak malam ini. Dengan percaya diri ia berjalan menapaki jalan setapak bersama kawan-kawan sejawatnya. 

Sepertinya ini menjadi benar-benar malam keberuntungan untuk Sholeh berapa ronde dia menang banyak. Aroma dari lem aibon yang dihisapnya semakin membuat ia bersemangat. Persetan yang penting hisap terus dan dapat banyak duit. Gelak tawa mengiringi orgen tunggal Pesona. Orgen tunggal paling mahal sepalembang. Demi memeriahkan perjudian sang tuan rumah menyewanya. 

Sholeh menyombongkan hasil judiannya di depan wajah kawan-kawannya. Sholeh sering berhutang dengan kawan-kawannya untuk berjudi dan sering kali mengingkari dan tidak bisa membayar hutangnya. Waktu ditagih ia selalu marah-marah. Dan membuat kawan-kawannya geram dengan Sholeh. Menang judipun cuma dijanjiin traktir bakso mang Ucup yang murah. Warung bakso mang Ucup berada di kedukan dua yang berarti kesana harus menyebrangi jembatan kayu yang sudah buruk. Saat melewati jembatan Sholeh melihat seorang gadis cantik duduk di pinggir daman kaki menjuntai masuk kedalam air. 

“jingok cewek itu!”. Tunjuk Sholeh.

“cantik nian. Peh kito deketin yok” ajaknya.

Kawan-kawannya bingung arah tempat Sholeh menunjuk tidak ada gadis cantik. Yang mereka liat malah nenek tua renta. Tentu saja mereka tidak mau mendekati nenek tua itu. Untuk apa tidak bisa membuat mereka bersenang-senang. Kawan-kawannya berkata pada Sholeh yang mereka lihat adalah nenek tua. Sholeh tidak mau percaya. Ia lebih percaya pada matanya bahwa yang terlihat gadis cantik berambut panjang.   

Sholeh digeret oleh kawan-kawannya menagih janji mentraktir bakso mang ucup. Sholeh menolehkan kepala ke arah gadis itu. Gadis itu menoleh kearah sholeh dan tersenyum. Meninggalkan kesan dihati Sholeh yang bergejolak. Hasrat mudanya mendamba pada gadis yang baru ditemuinya. 

Setelah pulang dari makan bakso Sholeh mendatangi lagi gadis yang dilihatnya tadi. Dia beranikan diri mendekat. Semakin mendekat semakin ia terpesona pada gadis itu. Kulitnya putih mulus dengan bulu mata lentik yang menyapa. Gadis itu tersenyum. Sholeh duduk disamping gadis itu.

***

 “2 hari yang lalu aku jingok si sholeh ini duduk di pinggir daman sambil ngibon” kato pak Midun yang tiap malam suka nyetrum.

“duduk samo siapo dio? Tanyo bapak lainnya.

“dewekan aku jingok tapi dio ini galak ngoceh dewek. Lah 2 malem ini aku tejingok dio ngibon pinggir daman deket jembatan buruk disano” tunjuk pak Midun.

Polisi berdatangan mengamankan ingim memasukkan mayat kedalam kantong mayat. Bik Beda tidak mau melepaskan tubuh Sholeh meski anaknya nakal macam dakjal tetap saja bik Beda menyayangi anaknya. Adengan tarik mearik petugas polisi dengan bik Beda terjadi. Yang akhirnya dimenangkan oleh petugas polisi. Bik Beda tidak terima. Garis kuning di pasang tempat ditemukan kan mayat.

***

Sholeh bujang kedukan yang merasa paling tampan setelah mendekati gadis kemarin malam di pinggir sungai. Menceritakan kejadian pedekatenya kepada kawan-kawan seaibonnya. Dengan memegang kaleng yang ia sembunyikan dibajunya menghirup tertunduk-tunduk. Sholeh menceritakan bahwa ia menyukai gadis itu dan ingin mengungkapkan perasaannya malam ini. dan menurut Sholeh gadis itu juga menyukainya.

“sudahlah Sholeh kau tu jangan banyak igo ngayal.” Madi memotong cerita Sholeh. 

“iyo kau tu dak pacak berenang gek kau nyampak teberak eceng gondok” Ujang ikut menambahi. 

“palak uwak kamu, bukannyo mendukung kawan malah nyampakke. Bangsat” umpat Sholeh. 

“cewek yang kato kau jinggok pas kito nak kebakso mang ucup ye?” tanya Madi.

“iyolah pulok cewek mano lagi. Cewek paling cantik yang pernah aku jingok” kenang Sholeh.

Malamnya Sholeh berdandan rapi, ia merapikan rambutnya dengan minyak rambut Sachet yang dibelinya siang tadi, ia memakai baju BJ baru yang dibelinyo waktu berjudi malam lalu. Dan tidak lupa menyemprotkan minyak wangi hasil mintak dengan Madi. Bersiap menemui gadis pujaan hati di pinggir sungai. Tak lupa sekaleng lem aibon penambah rasa percaya diri. Ia hirup, menakjubkan pikirnya. 

Bersemangat menemui pujaan hati yang sudah terlihat dari jauh. Sholeh berjalan di pinggir daman tanpa memperhatikan langkahnya. Tiba-tiba ia tersandung kakinya sendiri dan terpleset jatuh kepalanya membentur pinggiran daman dan jatuh ke sungai. Sholeh tidak bisa berenang. Dan akhirnya tenggelam. 


Palembang, 04 Juni 2021


Related Posts

Posting Komentar