https://www.husnaroina.my.id/

Cerpen Mawar Hitam Karya Husna Roina

Posting Komentar
Cerpen Mawar Hitam Karya Husna Roina

Seorang laki-laki paruh baya menyusuri jalan di tengah kota yang gelap dan penuh kabut. Kota ini berada di pinggiran hutan . Kota ini bagaikan tak berpenghuni. Lampu-lampu jalan mati dan terlihat rusak seperti tak pernah dijamah untuk diperbaiki. Angin mendesir menambah dingin pekatnya malam. Ia merapatkan jaket kulit bewarna coklat tua ke tubuhnya. Sembari mencari tahu dimana dirinya berada. Kepalanya menoleh-noleh kesana kemari mencari orang yang bisa ditanyainya. Tapi ia tak menemukan siapapun di kota itu. Hening dan kesunyian menemaninya dalam gelap. Kota ini seperti kota mati. Laki-laki itu gusar. 

Lalu ia mendengar suara jeritan di salah satu rumah di ujung gang. Hatinya terlonjak, dan langsung berlari ke rumah itu. Rumahnya terlihat indah karena di halamannya ada pekarangan taman bunga dengan hamparan bunga mawar.  Sampai disitu laki-laki itu melihat pintu rumah terbuka lebar. Ia penasaran apa yang terjadi di dalam rumah. Perlahan ia melangkahkan kakinya. Perutnya kembung dan dadanya serasa sesak. Laki-laki itu berada di antara ketakutan dan penasaran yang membuncah di hatinya. Ia menyalakan lampu senter pada telepon genggam yang berada di sakunya. Memasuki ruang keluarga terdapat banyak cipratan darah berhamburan di lantai dan meninggalkan bercak pada dinding rumah yang bewarna putih. Pecahan pas bunga berhamburan bercampur darah. Wangi bunga mawar semerbak bercampur dengan bau anyir darah segar. Perlahan ia melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Menuju ruang keluarga, terlihat bercak-bercak darah di lantai. Satu mayat tergelatak di bawah sofa, satu di kursi samping perapian. Mayat seorang gadis kecil yang penuh dengan tusukan di badannya. Perutnya mual mencium bau anyir darah yang masih segar. Mayat-mayat itu sangat mengenaskan, kematian mereka sungguh tidak wajar. 

Langkahnya terhenti pada sebuah foto keluarga yang berukuran besar. Terlihat sebuah keluarga yang tersenyum bahagia dan sangat harmonis. Laki-laki paruh baya yang tampan sedang menggendong anak perempuannya. Anak perempuan itu sekitar berumur 5 tahun. Matanya beralih ke seorang wanita paruh baya yang tersenyum memeluk anak laki-lakinya yang berumur sekitar 13 tahun. Mereka terlihat sangat menyayangi anak-anaknya. Ia melihat kembali mayat-mayat itu, mereka adalah keluarga yang ada di foto itu. tetapi ia tidak melihat mayat anak laki-laki dan ibunya.

***

Seorang laki-laki terbangun dari  tempat tidurnya dengan keringat mengucur di sekujur tubuhnya. Menarik nafas terengah-engah seperti seorang habis berlari maraton. Seorang wanita cantik mendekat.

“ada apa? Kau lagi-lagi seperti ini ketika bangun tidur di tengah malam?” Tanya wanita itu penuh sayang.

“tidak apa-apa maria.” jawabnya tak ingin wanita tersebut bertambah khawatir.

“ceritakan padaku, apa masalahmu, apakah berhubungan dengan pekerjaan yang sedang kau lakukan di kantor, atau ada hal lainnya? Sehingga aku tak boleh tahu?” desak maria.

“tidak sayang, semua nya baik-baik saja. Aku hanya lelah seharian bekerja. Mari kita tidur lagi.”

Seorang wanita menyiapkan sarapan di meja ruang makan. Tampak mawar berwarna hitam menghiasi pas bunga yang diletakkan di atas meja. Maria menata dengan rapi sarapan yang akan di santap oleh keluarganya pagi itu. seorang anak laki-laki yang memakai seragam sekolah sudah duduk manis menanti sang ibu selesai menyiapkan sarapan. Seorang laki-laki paruh baya keluar dari kamar memasuki ruang makan. 

“sayang, kenapa kau selalu meletakkan mawar hitam di meja makan?” 

“bukankah, kau yang menyuruhku untuk menaruh bunga mawar hitam disana. Selain itu kau juga menyukainyakan” jawab wanita diseberang meja yang tengah sibuk membuat susu.  

Laki-laki itu terdiam menatap mawar hitam itu. 

“apa kau lupa ingatan dengan hobby anehmu itu. Mengkoleksi mawar hitam.” 

“Lian, kenapa kau selalu saja bengong menatap bunga itu. ada apa, kau tak pernah memberi tahuku apa arti dari bunga mawar hitam ini bagimu? Dan sekarang apa kau akan memberi tahuku artinya? Tanya Maria.

“aku tahu, aku selalu menyukai bunga ini. Ketika melihat bunga ini, aku merasa akrab seperti bagian penting dari diriku. Tapi aku tidak tahu apa itu.” jelas Lian.

“kalau kau sudah ingat apa itu, jangan lupa beritahu aku. rasanya aneh sekali dan terkadang aku merasa takut denga bunga ini. Seperti membawa kematian saja.”

***

Laki-laki itu kembali menyusuri rumah, jantungnya berdegup semakin kencang. Dia berpikir baru terjadi pembunuhan disini. Ia merasa takut pembunuh itu masih berada di rumah ini. Ia menemukan sebuah pemukul bisbol di pojok ruangan dekat dengan rak buku. Ia dengan cepat mengambilnya. Jantungnya berdegup kencang. Ia merasakan darahnya mengalir dengan deras di saraf nadinya. Ia melihat dapur yang masih rapi dan bersih. Makanan masih terhidang di ruang makan itu. sepertinya belum ada yang makan. Dengan kondisi piring yang masih utuh berjumlah 4 buah. 

Laki-laki itu kembali melangkah ke dalam ruang keluarga lagi. ia melihat sebuah pintu yang sedikit terbuka, ia mengarahkan telepon genggamnya kedalam pintu dan menggoyangkan lampunya kesana kemari. Tetapi hanya semburat kegelapan yang terlihat. Jaraknya masih cukup jauh, jangkauan sinar dari telepon genggamnya tidak sampai. Langkahnya penuh keraguan seakan dia tengah berpikir. Ia ingin sekali keluar dari rumah ini tapi ia tidak bisa melangkahkan kakinya ke pintu keluar. Kakinya seakan memaksanya untuk melihat ke dalam ruangan yang gelap itu. perlahan langkahnya menuju  kesana. Terlihat sebuah lemari pakaian yang sedikit terbuka dan pakaiannya  berserakan di lantai. Tiba-tiba sebuah robot yang bisa bergerak dan mengeluarkan bunyi berjalan kearahnya. Ia terlihat semakin ketakutan dan robot itu menabrak kakinya dan berhenti. Ia mengambil robot itu dan melihat apakah tombol on powernya masih hidup atau sudah mati. Ternyata robotan itu berhenti otomatis ketika menabrak sesuatu. Mungkinkah pembunuh itu yang melakukan ini pikirnya. Raut mukanya sangat gusar. Keringat mengucur di dahinya.   

Laki-laki itu membuka pintu terlihat seorang mayat pria terkapar dilantai. Kepalanya terluka seperti dihantam dengan senjata tumpul. Laki-laki itu berjalan memutari mayat. Sebuah tempat tidur yang di penuhi dengan darah dan hamburan kapas dari bantal sobek berhamburan di atasnya dan di lantai bercampur dengan darah. Terdapat jejak kaki yang mengarah ke dalam lemari terlihat bercak darah dipintu bagian bawah lemari. Dan terdapat bekas-bekas goresan dipintu lemari yang dipaksa menutup. Suara burung hantu yang sepertinya berada dekat dengan rumah itu bersenandung di antara pekat malam menambahkan kengerian. Jantungnya terlonjak mendengar suara burung hantu. Jantungnya berdegup kencang dan darahnya berpacu mengalir ke seluruh tubuhnya. Ia ingin segera berhenti dan berlari dari sana. Tapi tangannya terus saja membuka lemari itu. dan ia jatuh terduduk di lantai menatap isi yang ada di dalamnya. Belum lagi keterkejutannya habis, ia kembali mendengar sesuatu dari bawah tempat tidur. Sebuah robot mainan lagi keluar dari kolong berjalan menuju tempat dirinya. Raut mukanya penuh ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat. Sesuatu keluar dari kolong itu bayang-bayang bergerak dalam kegelapan. dengan terburu-buru ia berusaha berdiri dan kaki bergetar menahan berat tubuhnya yang gemetaran. Ia mengarahkan sinar lampunya ke arah bayangan hitam itu. Wangi bunga mawar kembali tercium semerbak mengiringi bayangan keluar dari persembunyian.      

***

Seorang laki-laki yang sedang tidur tampak gelisah dan peluh mengucur dibadan dan mukanya. Tubuhnya bergetar hebat. Seorang wanita berusaha membangunkannya. Menggoyangkan tubuh suaminya. Laki-laki itu terhentak bangun dari tidurnya. Nafasnya berat dan sesak. Jantungnya berdegup kencang. 

“kau lagi-lagi mimpi buruk. Sebenarnya kau sering memimpikan apa? Kau tak mau cerita padaku. dalam beberapa bulan belakangan kau sering seperti ini. Apa yang terjadi.” Tanya Maria pada suaminya.

“aku baik-baik saja.”

“selalu itu saja yang kau katakan. Aku sudah bosan mendengar setiap malam kau terbangun mengalami mimpi buruk yang aku sendiri tidak tahu mimpi apa itu?” Maria marah-marah pada suaminya.

“aku bermimpi mendatangi rumah disebuah kota terpencil. Disana aku melihat sebuah keluarga yang mati terbunuh. Dan selalu berhenti pada ruangan yang gelap. Dan melihat sekelabat bayangan yang keluar dari kolong tempat tidur. Mimpi itu selalu berhenti disana. Aku ingin sekali melihat bayangan itu. mungkinkah dialah pembunuhnya.”

“tapi kenapa harus dirimu?” Tanya maria.

“Aku sendiri tidak tahu. Jika aku tahu mungkin aku tidak akan bermimpi sepert itu.”

Gelap perlahan beranjak. Matahari mulai menyapa bumi dengan semburat warna kuning yang terpancar dikaki cakrawala. Perlahan meninggi. Disebuah ruangan yang gelap tampak seorang wanita tengah memetik sekuntum bunga mawar bewarna hitam. Tempat itu gelap dan lembab mentari pagi tak bisa menembusnya. Hari ini adalah minggu. Hari yang cocok untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Begitu juga dengan keluarga Lian. Tetapi pikrannya tidak berada di rumah bersama keluarga. Sepertinya sedang bertualang. Mencari ingatan berkaitan dengan mimpinya semalam. Tiba-tiba dia mencium aroma bunga mawar yang baru di petik Maria di kebun. Mengingatkan Ia dengan aroma yang sama pada mimpinya tapi tidak anyir. Ia terdiam menatapnya.

***

Sebuah truk melintas dijalanan. Supirnya yang betubuh gemuk dengan lemak yang bergelayut  diperutnya mengendarainya. Seorang laki-laki yang terlihat lebih muda dari sang supir duduk di kursi samping supir. 

“pak Baya, kenapa di dahi bapak ada bekas luka yang besar? sesekali aku melihat bapak kadang masih merasa kesakitan dan memegangi bekas luka itu.” Tanya pria mudah.

“ini bekas terjatuh dan menghantam pinggiran tempat tidur.”

“kenapa bisa terjatuh? Kalau jalan hati-hati pak.”

“ini bekas luka dari tempat saya bekerja dulu. Saya pernah jadi tukang kebun di sebuah rumah yang cukup mewah. Saya merawat kebun bunga mawar milik anak majikan saya. Anak laki-lakinya sangat menyukai bunga mawar. Tapi saya merasa sedikit takut karena harus menanamnya di ruangan yang gelap dan lembab. Bunga mawarnya bewarna hitam. Majikan saya lama tidak di karunia anak. Lalu mereka mengadopsi anak laki-laki dari sebuah panti asuhan. Mereka sudah tinggal bersama selama 8 tahun. Tetapi kelakuan anak laki-laki itu terlihat ganjil dan aneh. Pada suatu malam terjadi pembantaian dirumah tersebut. Semuanya mati, dan sayapun nyaris mati. Bekas luka ini selalu mengingatkan saya dengan kejadian tragsi itu. Sayapun di tusuk sebanyak dua kal,i untungnya tidak di bagian vital sehingga saya masih hidup.”

“mengerikan sekali. Siapa pelakunya.” Tanya pria itu.

“pelakunya adalah anak laki-laki itu. saya masih ingat aroma mawarnya. Dia selalu membawa sekuntum mawar hitam kemanapun. Dan keesokan paginya dia sudah tidak berada di rumah itu. menghilang tanpa jejak. Dan tidak terdengar lagi kabar beritanya.” Jelas pak Baya.

“aku merinding mendengar ceritanya pak.”

“saya pun masih merinding kalu mengingat kejadian itu.”

***

Seorang pria paruh bayah yang berdiri ketakutan itu mengarahkan lampunya ke arah bayangan yang keluar. Dan terkejut melihat anak laki-laki sedang memegang pisau dan sedang meletakkan mawar hitam di tempat tidur. Kulitnya bewarna putih, memakai kacamata seperti yang ada difoto pada ruang keluarga rumah ini. Anak itu tersenyum menyeringai lalu tertawa terbahak-bahak. Senyumnya mengerikan dan tampak tetesan darah yang mengalir dari pisau dan tangannya. Aroma mawar kembali semerbak memenuhi ruangan. Lian berdiri mematung. Hatinya terlonjak dan berdegup kencang. Keringat mengucur keseluruh tubuhnya. Perlahan ia sadar dari keterkejutannya. dan mulai bepikir ingin melarikan diri dari tempat itu. ketika tubuhnya berbalik dan mulai mengambil langkah pertama. Anak laki-laki itu mulai berjalan.

“kau tak bertanya siapa aku? bukankah kau sering bolak balik kesini hanya untuk mencari tahu siapa bayangan yang keluar dari kolong itu.” anak laki-laki itu menunjuk ke kolong.

Lian terdiam. Ia membatin kenapa tak kutanyakan sekarang. Bukankah bayangan itu selalu meghantuiku. Lian kembali menghentikan langkahnya dan mulai berbalik. Dan kembali membatin Bagaimana jika dia membunuhku. Tapi perlahan badannya mulai berbalik.

“siapa kau sebenarnya? Dan kenapa kau selalu datang dalam mimpiku dan menghantuiku?” Tanya Lian.

“aku adalah jiwa yang tertidur ditubuh seorang pria dewasa yang payah. Ini bukan mimpi. Aku adalah kau.” Anak laki-laki itu tersenyum jahat.

Lian kembali terhentak, badanya basah oleh keringat. Senyum menyeringai terlukis di bibirnya.  Dan perlahan mengambi dan menium aromal mawar hitam yang berada di pas samping tempat tidurnya.


Related Posts

Posting Komentar