https://www.husnaroina.my.id/

Cerpen Gadis Penyendiri dan Penjaga Hutan

1 komentar
Sore itu kulihat seorang gadis tengah duduk sendiri di bangku taman. Angin bertiup kencang menerbangkan daun-daun kering yang rapuh di ranting-ranting pohon. Angin juga membelai wajah cantik gadis itu dan menerbangkan helaian rambut hitamnya yang indah. Dia hanya diam menatap sendu ke arah taman bermain yang dipenuhi dengan orang-orang yang asyik menikmati kebersamaan entah bersama keluarga yang sepertinya kelihatan sangat bahagia, sahabat yang duduk di taman dengan suka dukanya, sekelompok orang dengan ekspresi muka yang berbeda-beda, atau sepasang kekasih yang menghabiskan senja itu dengan kencan yang manis. Tampak air menggenang di pelupuk matanya.

Setiap sore aku selalu pergi ke taman. Senja disana sungguh indah, mungkin itu menjadi daya Tarik pengunjung untuk datang. Aku suka berlari-lari kecil atau berjalan-jalan disana. Hari ini ku lihat gadis itu datang lagi, Dia duduk di bangku bewarna putih yang sama dekat pohon di tengah taman. Tempat yang pas untuk menyapu pemandangan taman sembari memperhatikan orang-orang. Dia selalu membawa kotak berbentuk hati di tangannya. Kotak itu seperti punya lampu, dia mengeluarkan warna yang berbeda-beda,
gadis penyendiri dan penjaga hutan

hitam, merah, putih terkadang hijau. Baru beberapa minggu belakangan ini aku melihat gadis itu. Dia selalu memakai baju bewarna putih senada dengan kulitnya , mungki itu warna kesukaannya. Dengan selalu membawa kotak yang sama. Hari ini aku melihat warna kotak itu merah semerah darah yang pekat. Merahnya tak seperti yang biasa ku lihat. Rasa lelah menyergap otot-otot kakiku. Bangku kesukaanku yang bewarna putih didekat pohon ialah yang sekarang sering di duduki gadis itu.

“Boleh aku duduk disini? Tanyaku

Seketika dia beranjak pergi saat aku mendekat.

“ada apa dengan gadis ini?” batinku menggerutu.

***
sudah hampir setahun berlalu, goresan luka itu masih menganga. Masih perih. Dia mendorongku ke lembah penuh derita , hari-hari kulalui dengan tangisan darah, mataku sudah kebas menangis. Dengan jahanamnya dia menikamati tubuhku sembari menenggak minuman haram yang terkutuk itu, ayah tiriku.

Dia melakukannya berulang kali ketika dia meneguk minuman terkutuk itu dan ibu tidak berada dirumah saat dia minum. Ibu tidak suka dengan laki-laki peminum tapi laki-laki jahaman itu begitu manis di depan ibu. Dia sangat piawai mengubah ekspresi wajahnya menjadi laki-laki polos dan baik di hadapan ibuku.

Ketika dia memasuki rumah ini ada sebuah ruangan di bawah tanah yang terkunci rapat yang hanya dia boleh masuk kedalamnya. Saat awal perkenalanku dengannya dia sosok laki-laki yang baik dan mempunyai jiwa seorang ayah yang baik. Dia menyayangiku seperti putri kandungnya sendiri. Dan aku merasa senang bisa merasakan kasih sayang seorang ayah lagi. Wajar lah jika ibu sangat mencintainya. Ibu di perlakukan seperti ratu. Setelah dia melakukan hal terkutuk itu dia berjalan pergi meninggalkan aku dengan tangis meraung-raung. Aku tidak bisa berbuat apa-apa tenaga nya yang sangat besar menahanku hingga aku tidak bisa melepaskan diri.

Suatu ketika aku mengikutinya ke ruang bawah tanah. Mencari tahu apa yang dia sembunyikan. Perlahan aku mengintip dari balik pintu dan aku sangat terkejut dengan apa yang dia lakukan. Dia mendengar suara aneh yang tidak sengaja aku buat dari langkah kaki. Dia segera keluar dan menangkapku. Mengancamku jika aku membuka mulut, dia akan membunuh aku dan ibuku. Bodohnya ibuku bisa-bisanya dia sangat mencintai laki-laki terkutuk itu. Laki-laki yang sudah dinikahi nya 3 tahun ini. Demi kebahagiannya, aku membungkam mulutku dan hidup seperti memanggul batu yang sangat berat dalam penjara bernama penderitaan. Aku sudah tidak tahan tinggal di penjara itu dan aku memutuskan untuk meninggalkan ibuku dan kampung halamanku.

Dan disni lah aku, kota baru yang jauh dari kampung halamanku. Sudah hampir satu tahun aku tinggal disni. Batinku masih tersiksa oleh otakku yang masih memutar pita kenangan buruk itu, walau begitu aku merasa lega karena telah pergi dari rumah, meninggalkan semua penderitaan itu. Beberapa minggu belakangan ini aku pergi ke taman. Senja disni mungkin bisa menghiburku. Disana ada banyak orang, setidaknya itu aku tidak sendiri .Aku membawa kotak berbentuk hati peninggalan ayahku. Ya , ayahku sudah lama pergi meninggalkan dunia ini . Mungkin dia sudah tenang di surga. Ayahku dulu pembuat kotak hati yang bisa digunakan untuk menyalurkan perasaan ke dalamnya. Ayah ingin membantu orang-orang meringankan beban perasaan mereka dengan menyalurkan nya ke kotak tersebut dan mereka bisa merasa bahagia akan tetapi kotak itu belum mencapai tahap sempurna. Ayah sudah pergi. Kini aku mencobanya berharap perasaanku yang berdarah bisa ku salurkan pada kotak itu. Sudah cukup lama aku menggunakannya sebagai terapi penenang.

Aku selalu memilih duduk di tempat yang sama, bangku dekat pohon di tengah taman. Menikmati pemandangan senja yang indah disana. Setiap aku pergi kesana, aku selalu melihat seorang laki-laki yang berlari kecil atau sekedar berjalan-jalan di dsana, sepertinya dia juga menyukai senja ditaman itu. Dia selalu memakai baju bewarna hitam senada dengan warna kulitnya seperti penjaga neraka yang menakutkan. Tubuhnya cukup besar untuk ukuran laki-laki normal. Dia juga aneh. Di saku celana nya terdapat banyak kunci dengan bentuk yang berbeda-beda. Dia sering menatapku setiap kali aku datang kesana. Pada suatu ketika dia mendekat perlahan dan aku mulai ketakutan. Aku beranjak pergi.

***
Mungkinkah dia takut melihatku. Ya, ku rasa aku menakuti banyak orang. Aura gelap memang menyelimutiku seakan-akan mau menelan mereka dalam kegelapan. taman ini indah dan terang berbeda dengan tempat tinggalku yang gelap dan sunyi. Disini aku tidak merasa sendiri walaupun mereka tidak ingin mendekat padaku. tapi mereka terkadang mencariku saat mereka membutuhkan tempat yang sunyi dan di penuhi kegelapan. mereka memohon-mohon memintaku membawa mereka pada tempat itu. bahkan ada yang dengan sengaja menungguku di taman ini.

Kegelapan mulai tampak, matahari sudah pergi kekaki cakrawala untuk bersembunyi sepertinya ia takut dengan kegelapan. kini saat nya aku pulang dan hari ini ada seorang pemuda yg ingin ikut denganku.

“kapan kita berangkat?” Tanya nya padaku dia terlihat sangat putus asa.

“baiklah kita pergi sekarang, Ikuti aku!” perintahku.

Lalu kami berjalan ke belakang pohon ada sebuah pintu dan aku memilih salah satu kunci yang berada di sakuku. Dan pintu terbuka. Pintu itu membawaku ke dimensi lain. Hutan yang sangat gelap dan sunyi tempat tinggalku.

“apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanyaku padanya

“aku ingin mengubur hatiku, ia sudah lama menjadi pesakitan, terasa sangat sesak. Sakit ini sudah tidak bisa aku tahan lagi. Aku tak ingin punya hati lagi.” jawab pemuda itu

“akan ada akibat dari keputusanmu itu, kau tidak akan merasakan apapun lagi, hidup terasa hampa seperti bejana kosong tanpa air. Kau hanya akan menjadi seonggok daging tanpa ekspresi. Apakah kau tetap ingin melakukannya?” Tanyaku memastikan.

“iya tuan, aku bersedia” mantap pemuda itu menjawab.

“pergi lah kemanapun kau mau di hutanku ini, dan carilah tempat dimanapun yang kau suka. Jika sudah selesai aku bisa membawamu kembali sore besok, jika kau ingin kembali dan aku tidak akan menunggumu. Kau paham?” tanyaku.

Sore ini aku kembali ke taman menghantarkan pemuda yang kemarin bersamaku. Raut mukanya datar sepertinya dia sudah berhasil melaksanakan keinginannya. Saat aku berjalan menyusuri taman. Aku melihatnya lagi gadis penyendiri itu duduk di tempat yang sama dengan tatapan sendu. Tidak seperti biasanya dia memakai gaun bewarna hitam senada dengan kotak hatinya. Gadis ini benar-benar aneh. Ku lihat mendung di sorot matanya. Angin masih asik bermain dengan rambut hitamnya menari di hadapanya menutupi raut muka si gadis. Dia tetap diam seakan membiarkan rambut nya tergerai menyembunyikan wajahnya dan hanya mengintip di balik sela-sela helaian yang beterbangan.

Ketika melihatku, dia datang menghampiri sepertinya Dia sudah tidak takut lagi. Raut mukanya seakan mengiba meminta pertolongan. Dia berjalan pelan sambil membawa kotak hati itu. Ku lihat seperti ada kabel yang menghubungkan antara dadanya dan kotak tersebut.

***
Saat aku duduk di taman ini, dan memperhatikan banyak orang. Aku sering mendengar mereka yang sibuk bercengkrama banyak cerita yang aku dengar, salah satu cerita yang aku dengar tentang seorang laki-laki yang bisa menyembuhkan luka hati. Dia mempunyai banyak kunci yang bisa membawamu ke tempat itu. Disana lah dia menyembuhkan orang-orang yang meminta pertolongannya. Aku ingin mencuci kenangan buruk itu.

“Mungkinkah laki-laki yang menyeramkan kemarin yang mereka maksud selama ini, aku harus menemuinya” batinku.

Hari ini kotak bebentuk hati itu memancarkan warna hitam. Aku sengaja memakai gaun bewarna hitam karena Suasana hatiku di rundung kegelapan. aku sudah membulatkan keinginanku untuk menemuinya. Ku lihat dia tengah berjalan dengan seorang pemuda berada di belakangnya. Mungkinkah pemuda itu juga meminta bantuannya?

Aku berjalan mendekat menghampirinya, dia menatapku tajam dari kejauhan. Dan aku berhenti tepat di hadapanya.

“tuan, andakah yang di maksud orang-orang disini yang bisa menyembuhkan luka hati?” Tanyaku memastikan.

“aku tidak menyembuhkan luka hati yang nona maksud, tapi di tempat tinggalku di hutan disana terdapat kekuatan yang bisa melakukannya, aku hanya membawa mereka pergi kesana tentu saja akan ada akibat dari keputusan yang meminta bantuan pada kegelapan, aku hanya menjaga tempat itu.” jelasnya padaku.

“aku bersedia tuan. Ku mohon bantu aku menghapus kenangan buruk yang terus mengahantuiku. Dan aku juga ingin mengubur kotak ini” ibaku

“baiklah aku akan membawamu ketika matahari sudah terbenam”

Matahari sudah kembali ke tempatnya, bersembunyi seperti biasa. Waktu yang di maksud sudah tiba aku mengikutinya dari belakang, dia berjalan ke arah balik pohon dan ada sebuah pintu disana, mengeluarkan kunci dan membukanya. Melewati pintu kami sudah berada di sebuah hutan yang sunyi dan di penuhi kegelapan. dia menanyakan lagi kemantapan hatiku. Dan aku tidak berubah, aku akan terima akibatnya.

“kegelapan akan membantumu pergilah kemanapun yang kau mau di hutanku ini!’perintahnya.

“Sebelum aku pergi, bolehkah aku menceritakan sebuah kisah padamu. Setidaknya aku ingin ada orang yang tahu dan mengenang nya menggantikan aku sebelum ingatanku hilang” pintaku padanya.

Tanpa mendengar jawabannya. Aku sudah mulai bercerita. Dia hanya diam dan tetap menatapku.

Aku berjalan memasuki hutan, kegelapan menenggelamkan aku hingga sosokku melebur bersama asap-asap pekat di hutan ini.

***
Tidak aku duga cerita yang aku dengar, laki-laki bejat itu mempunyai sebuah rahasia di ruang bawah tanah yang terkunci rapat, Dia menyimpan banyak topeng yang dia pakai di depan istrinya.

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar