https://www.husnaroina.my.id/

Bertemu dengan Inner Child

Posting Komentar

Bertemu Dengan Inner Child

Bertemu dengan Inner Child – Aku sering kali berdiskusi dengan seorang teman tentang banyak hal. Kita juga sering berbagi cerita tentang luka-luka di masa lalu. Termasuk dampak yang kita rasakan hingga kita dewasa ini, yang menyebabkan perubahan sifat dan sikap di masa sekarang. Pembahasan soal kehidupan yang mendalam sering kali menyinggung perihal inner child.

Sebenarnya istilah ini sudah sudah sering disebut dan dibahas. Tapi yang aku tahu hanya berdasarkan pendapat orang-orang saja dan tidak bersumber kepada narasumber yang tepat. Aku hanya menyimpulkan dari berbagai pendapat di sosial media meramunya sendiri untukku cari tahu lebih lanjut. 

Aku mengira inner child selalu berkonotasi dengan perilaku negatif. Tapi jika dicari tahu lebih dalam inner child tidak hanya memiliki sisi negatif juga memiliki sisi positif. Alhamdulillah, hari sabtu kemarin aku diberi kesempatan oleh komunitas ISB mengikuti webinar tentang inner child. Bersama sepasang narasumber hebat yaitu Ibu Diah Mahmudah, S.Psi (Psikolog) dan Bapak Dandi Birdy, S.Psi (Psikoterapi & Founder Biro Dandiah). 

Menurut Diah Mahmudah, S.Psi dan Dandi Birdy, S.Psi setiap orang pasti memiliki inner child karena punya pengalaman masing-masing dalam menjalani kehidupan. Sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi peristiwa yang memberikan luka, maupun kebahagiaan, hal ini akan tersimpan apik dalam memori ingatannya.

Dari workshop itu ada beberapa insight yang didapat dan mau aku bagikan dalam tulisan ini. workshop ini juga membuka pemahaman aku tentang pentingnya menyembuhkan inner child dan menerima masa lalu, bukan untuk mengubah takdir tapi untuk mengubah respon kita terhadap takdir. 

Baca juga: https://lauvista.blogspot.com/2022/03/berdamai-dengan-diri-sendiri.html

Apa itu inner child?

Inner child adalah bagian dari diri kita yang tidak ikut tumbuh dan tetap menjadi anak-anak. Artinya bagian tersebut terus bersembunyi dan menetap  di dalam diri kita. Inner child ini memegang erat setiap memori dan emosi yang pernah di alami saat masih kecil. Memori ini bisa indah maupun buruk. Memori itu lah yang mempunyai andil besar terhadap tumbuh kembang karakter diri seseorang hingga dewasa.

Faktor keluarga dan lingkungan bisa menjadi penyebab inner child baik itu bahagia maupun tidak bahagia. Salah satunya pola asuh orang tua terhadap anak. Orang tua sering kali tidak sadar bahwa pola asuh mereka salah yang menyebabkan luka batin yang mendalam pada si anak. 

Luka pengasuhan

Menurut Jhon Bradshaw, 1990 Inner Child adalah pengalaman masa lalu yang tidak atau belum dewasa mendapatkan penyelesaian dengan baik. Orang dewasa bisa memiliki berbagai macam kondisi inner child yang dihasilkan oleh pengalaman positif atau negatif yang dialami masa lalu. 

Jika dilihat sekarang kita tentu dianggap sudah dewasa melihat perkembangan pada fisik, usia yang semakin bertambah dan kehidupan yang sudah jelas berbeda dari masa lalu. Tapi apakah inner child kita mengikuti pertambahan usia kita? Jawabannya adalah tidak. Usia masehi kita berbeda dengan usia mental dalam tubuh inner child kita. 

Perbedaan inilah yang menyebabkan kita sering kali bertingkah diluar kontrol dan kuasa kita, misalnya marah yang berlebihan, rasa insecure, egois, manja, menghadapi rasa kecewa, dsb. Anak kecil dalam diri kita tidak siap menghadapi kesulitan yang saat ini tengah kita hadapin. Mentalnya tidak kuat untuk menghadapi permasalahan dari diri dewasa kita. Sisi anak yang terluka akan susah menghadapi kesulitan di masa depan. Itulah respon kita dalam menghadapi masalah terkadang menjadi di luar kontrol atau bahkan berlebihan. 

Kita terperangkap tidak bisa keluar dari ketakutan dan kecemasan inner child kita menjadi belenggu yang tak kasat mata untuk diri kita sendiri tanpa kita sadari. Luka-luka di masa lalu membentuk kepribadian kita. 

Dalam diri kita terdapat 3 ego state:

• Child Ego State: berpikir, merasa dan berperilaku layaknya yang dilakukan saat kecil dulu.

• Adult Ego State: berpikir, merasa, berperilaku yang ditunjukkan saat ini

• Parent Ego state: berpikir, merasa, dan berperilaku sama seperti yang dilakukan oleh orang tua kita atau menunjukkan kepribadian yang sama dengan orang tua kita.

Dari ketiga ego tersebut salah satunya akan mendominasi kepribadian diri kita. Bagaimana cara kita menghadapi permasalahan hidup. Bagaimana cara kita menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapin. Dan akan terus berlanjut sebagaimana kehidupan kita yang terus berjalan. 

Apa yang menjadi penyebab inner child kita terluka?

Luka pengasuhan terjadi karena ada hak anak yang minim atau tidak dipenuhi sosok orang tua, yaitu:

1. Hak untuk hidup dan tumbuh berkembang

2. Hak untuk mendapatkan perlindungan dan penjagaan

3. Hak untuk mendapatkan nafkah dan kesejahteraan 

4. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran

5. Hak mendapat keadilan dan persamaan derajat

6. Hak mendapatkan cinta kasih 

7. Hak bermain

Dalam kehidupan pernikahan di mana cobaan hidup semakin meningkat dengan segala kerumitan permasalahannya. Inner child ini menjadi salah faktor yang mempengaruhi pola asuh kita terhadap anak. Sebagaimana orang tua kita dulu. Tanpa kita sadari luka itu akan menjadi rantai mengikat dan anak akan turut merasakan luka yang menganga yang dirasakan oleh orang tuanya. 

Sebelum memutuskan untuk menikah sebaiknya kita mempunyai kesadaran untuk menyembuhkan inner child kita terlebih dahulu. Upaya ini dilakukan untuk memutus mata rantai luka di masa lalu. kita akan kesulitan menghadapi benturan atau permasalahan kehidupan jika inner child kita masih terluka. 

Dandiah care merangkum ada tujuh tema luka pengasuhan yang dapat menjadi pemicu inner child, yaitu:

1. Unwated Child

2. Bullying : Berawal dari rumah

3. Sibling Rivalry

4. Buah Helicopter parenting

5. Parent Way

6. Anak Broken Home

7. Anak terlantar di rumah mewah

Langkah memutus inner child yang terluka

• Self awarness. 

Kita harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Untuk memvalidasi emosi kita. Jujur dengan diri sendiri akui jika memang kita punya luka pengasuhan di masa lalu.

Emosi tidak mengenal gender baik laki-laki maupun perempuan berhak mengalami emosi apapun

• Forgiveness  

Setelah kita menyadari ada inner child kita yang terluka memberikan waktu untuk menerimanya, melalui proses ini kita berupaya berdamai dengan diri sendiri.

• Growing 

Fokus pada potensi diri kita. Mengembangkan dan meningkatkan potensi diri agar menjadi versi terbaik diri kita masing-masing.

• Healing 

Healing sebuah proses penyembuhan. Kita harus fighting terhadap luka di masa lalu kita agar tidak terus-terus mempengaruhi emosi kita.

Baca juga: https:https://lauvista.blogspot.com/2022/03/pendidikan-tanpa-adab.html

Pesan Untuk Inner Child ku

Setelah sesi workshop kemarin berakhir banyak insight yang kudapat kan. Aku merenungkan kembali perjalanan hidupku. Melihat kembali luka-luka di masa laluku. Aku melihat seorang gadis kecil yang terluka disudut ruangan yang gelap meringkuk menunggu pertolongan. Memutar memori ingatan tentang masa lalu tidak lah mudah. Ada banyak hal yang aku hadapin sehingga gadis kecil yang penuh ketakutan itu hadir dalam diriku. 

Aku ingin untuk merangkul gadis kecil itu, dalam dekapan hangat yang mungkin selama ini tidak dirasakannya. Aku kan berusaha membuat dia bisa diterima dan membantunya keluar dari kegelapan yang tersembunyi. Aku ingin dia terbebas lepas dari jerat-jerat rantai yang membelenggunya di sudut ruang tanpa penghuni. Aku ingin dia bermain sepuasnya merasakan hal-hal yang tidak dia rasakan nya karena keegoisan yang membuatnya terpenjara. 

Pesan untuk inner child ku, maafkan aku yang terlalu lama menahanmu. Bebaslah bagaikan kupu-kupu yang terbang bebas di kebun bunga. Bermainlah, bersenang-senanglah. Aku ingin kembali bertemu denganmu dengan senyum bahagia yang terpatri di bibir indahmu dan mendekap hangat tubuh mungilmu. 


Related Posts

Posting Komentar